Filsafat
pendidikan sosial merupakan nama lain dari filsafat pendidikan luar sekolah
atau sekarang disebut dengan filsafat pendidikan non formal. Filsafat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari esensi atau pokok pangkal dari sesuatu, sedangkan
pendidikan non formal adalah pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
pelengkap, dan penambah pendidikan formal (UU RI No. 20 Tahun 2003). Akan
tetapi, penulis memahami bahwa esensi/subtansi pendidikan non formal adalah pendidikan
yang berlangsung sepanjang hayat. Penulis juga menyadari bahwa mata kuliah
filsafat pendidikan non formal merupakan satu bagian yang terkait dengan mata
kuliah pada semester satu, yaitu filsafat ilmu. Sebagaimana filsafat ilmu
membahas secara umum hakikat dari ilmu dan filsafat pendidikan non formal dan
membahas khusus hakikat pendidikan itu sendiri yang notabenenya pendidikan
merupakan bagian dari ilmu.
1.
Buatlah refleksi filosofis Saudara
tentang:
a.
Landasan ontologis filsafat pendidikan
pendidikan sosial atau non formal
Jawaban:
Ontologi
menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas
pada panca indra. Landasan ontologis filsafat pendidikan non formal adalah pendidikan
untuk semua. Pendidikan untuk semua dikategorikan sebagai landasan ontologis
pendidikan non formal karena penulis merasa bahwa pendidikan sekolah belum
mampu untuk menjawab permasalahan pendidikan di belahan dunia dan khususnya di
Indonesia.
b.
Landasan epistemologis filsafat
pendidikan sosial atau non formal
Jawaban:
Epistemologis
membahas proses dan cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan
jenis-jenis pengetahuan. Adapun landasan epistemologis filsafat pendidikan non
formal adalah fleksibel, kontekstual dan fungsional. Fleksibel berarti luwes,
kontekstual berarti berhubungan dengan konteksnya, dan fungsional yang berarti
sesuai dengan fungsi atau pendidikan yang memiliki arti dan makna bagi
masyarakat.
c.
Landasan aksiologis/nilai filsafat
pendidikan sosial atau non formal
Jawaban:
Aksiologis
membahas tentang nilai, manfaat, dan tujuan. Penulis juga memahami bahwa aksilogis membahas lebih dalam
berkaitan dengan untuk apa pendidikan non formal tersebut? Pendidikan non
formal bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penuntasan
kemiskinan, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan untuk keberlangsungan
hidupnya serta pemenuhan hak sebagai manusia paripurna. Peningkatan
kesejahteraan masyarakat akan terjadi jika masyarakat tersebut memperoleh
pengetahuan sehingga menjadi sadar dan mampu untuk memahami kebutuhannya.
2.
Buatlah suatu analisis apakah praktik
pendidikan sosial di Indonesia telah sesuai dengan landasan filsafati
sebagaimana yang diidealkan oleh Saudara. Berikan satu contoh kasus untuk
analisis yang Saudara lakukan.
Jawaban:
Dalam
praktiknya pendidikan non formal masih jauh dari apa yang diharapkan. Paradigma
sebagian besar masyarakat masih memandang bahwa pendidikan sebenarnya adalah
pendidikan formal (sekolah). Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengubah mindset
masyarakat tersebut. Sebagaimana
yang kita pahami bahwa pendidikan bukan hanya pendidikan formal (sekolah),
tetapi masih ada pendidikan informal dan non formal yang lebih luas memaknai
permasalahan bangsa Indonesia. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 10 yang menjelaskan bahwa satuan
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur formal, non fomal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan. Dari situ sudah jelas akan hal tersebut. Akan tetapi, di lain pihak,
pemerintah masih memandang sebelah mata pendidikan non formal dan informal.
Terbukti, dengan usaha pemerintahan Bapak Jokowi-JK yang sebelumnya ingin
mengubah nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menurut penulis sudah
dapat mewakili direktorat-direktorat yang ada di dalamnya seperti pendidikan
dasar, menengah, anak usia dini, non formal dan informal. Malah, di ganti
dengan nama Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah yang hanya
mewakili tiga direktorat saja. Hal itu mengindikasikan bahwa pemerintah hanya
ingin memfokuskan pendidikan pada sektor formal saja. Padahal jika memahami
permasalahan pendidikan yang kompleks ini dan belajar pada negara-negara maju
maka perlu adanya sinergitas antara pendidikan formal, non formal dan informal.
Kasus tersebut dapat dipahami bahwa kurang pahamnya pemerintah mengenai esensi
dan subtansi dari pendidikan itu sendiri. Dan sampai hari ini penulis masih
sering mendengar dari media cetak maupun elektronik penyebutan nama Kementerian
Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari analisis kasus tersebut penulis
dapat menyimpulkan bahwa praktik pendidikan non formal belum sesuai dengan
landasan filsafati karena masalah asumsi dasar dari pendidikan yang belum
terpahamkan oleh masyarakat dan pemerintah. Harapannya, semoga pendidikan non
formal lebih diperhatikan lagi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat
luas. Sebagaimana negara-negara maju di Eropa dan Amerika yang menyederajatkan
antara pendidikan formal, non formal dan informal. Selain itu, penulis juga
menganalisis implementasi pendidikan non formal di masyarakat yang sampai hari
ini masih konsisten menjadi pelengkap dari pendidikan formal. Contohnya, kursus
bahasa Inggris yang notabenenya dikelola oleh lembaga pendidikan non formal
masih sangat menarik di mata masyarakat. Itu dikarenakan, masyarakat belum
mendapatkan pengetahuan lebih mengenai pendidikan bahasa Inggris di sekolah sehingga
solusinya adalah belajar melalui pendidikan non formal. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengaruh pendidikan non formal sangat menentukan kualitas manusia di
Indonesia.
3.
a. Buatlah perbandingan antara ide-ide
pokok progresivisme dan rekonstruksionisme
dalam pendidikan.
Jawaban:
Ide
pokok progresivisme:
1)
Progresivisme berakar pada pragmatisme.
2)
Sasaran pendidikan ialah meningkatkan
kecerdasan praktis (kompetensi) dalam rangka efektifitas pemecahan masalah yang
disajikan melalui pengalaman.
3)
Nilai bersifat relatif, terutama nilai
duniawi, menjelajah, aktif, evolusioner, dan konsekuensi perilaku.
4)
Bersifat evolusioner dengan gaya
liberalistik.
5)
Pendidikan adalah
proses perkembangan, sehingga seseorang pendidik meski selalu siap untuk senantiasa
memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengayaan ilmu pengetahuan terbaru.
6)
Peranan guru
tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa.
7) Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan kearah kemajuan
8) Belajar melakukan pemecahan masalah
Ide pokok rekonstruksionisme
1) Suatu aliran
yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern.
2) Menjadikan
masyarakat sebagai agen perubahan sosial melalui pendidikan.
3) Peserta didik
diajarkan untuk berpikir kritis dari akar guna merombak susunan pendidikan yang
baru.
4) Anak,
sekolah dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
5) Bersifat revolusioner,
menuju kehidupan yang sejahtera pada kurun waktu tertentu.
b. Apa
ide-ide dari rekonstruksionisme yang relevan bagi pengembangan filsafat
pendidikan sosial di Indonesia? Jelaskan!
Jawaban:
Beberapa
ide yang telah disebutkan. Penulis memilih beberapa ide yang kiranya urgen dan sangat relevan bagi
pengembangan filsafat pendidikan non formal di Indonesia, yaitu pada konteks
anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri, dikondisikan oleh kekuatan budaya
dan sosial. Jadi mereka harus memahami kebudayaan mereka masing-masing,
sehingga mereka akan saling menghargai. Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah penduduk ± 230.000.000.000 jiwa yang terdiri
dari 1128 suku, 746 bahasa dan beberapa kepercayaan. Hal tersebut jika dimaknai
secara positif maka akan menjadi suatu kekayaan bangsa yang tidak dimiliki oleh
negara lain. Akan tetapi, keberagaman budaya, suku, agama juga dapat
menimbulkan sisi negatif jika tidak ditanggapi secara dewasa. Kondisi realitas
Indonesia hari ini adalah masih banyaknya konflik horizontal yang terjadi, seperti
konflik antaragama yang terjadi di Maluku dan Poso dan konflik antarsuku Madura
dan Dayak di Kalimantan dan berbagai konflik horizontal lainnya. Realitas ini
menjelaskan bahwa masih adanya pemahaman di masyarakat akan primordialisme
terhadap suku dan agamanya masing-masing sehingga menganggap suku atau agama
lain rendah di mata mereka. Persoalan tersebut dapat dihindari ketika pemahaman
tentang kebinekaan dan toleransi terus dijunjung tinggi. Hal demikian dapat
terlaksana melalui pendekatan aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme.
Contohnya, jika masyarakat dibelajarkan keaksaraan fungsional di PKBM perlu
diterapkan juga pemahaman menghargai kebudayaan orang lain dan sekaligus
menyampaikan bahwa di negara Indonesia ini begitu banyak suku, agama, ras, dan
antar golongan akan tetapi harus tetap memperioritaskan persatuan dan kesatuan
Indonesia dan menjunjung tinggi toleransi terhadap seseorang.
4.
Ada lima aliran filsafat pendidikan yang
dikenal dalam pendidikan non formal, yaitu aliran humanis, behavioris,
liberalis, progresivis, dan radikal. Menurut Saudara, aliran filsafat mana yang
tepat diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia? Jelaskan!
Jawaban:
Menurut
penulis, aliran filsafat pendidikan yang tepat diterapkan dalam pendidikan non
formal di Indonesia adalah aliran progresivisme. Mengapa? Karena sebagaimana
yang dipahami dalam konteks negara Indonesia bahwa pola atau cara menerapkan
pendidikan non formal yang baik harus lebih bersifat fleksibel, kontekstual dan
fungsional. Jadi, yang diajarkan kepada masyarakat adalah apa yang bermanfaat
bagi mereka. Misalnya, kita mengajari keterampilan memancing di Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) yang kita ketahui bahwa daerah tersebut merupakan
derah pegunungan, maka hal tersebut tidak akan bermanfaat dan tidak kontekstual
dengan permasalahan masyarakat. Begitupun dengan manfaat aliran progresivisme
ini, mampu untuk menjadikan masyarakat menjadi berpikir maju serta dapat
menganalisis kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang dapat meningkatkan segi
ekonominya seperti mengelola desa agraris menjadi desa wisata yang secara tidak
langsung dapat meningkatkan penghasilan dari masyarakat tersebut. Olehnya itu,
diperlukan pemahaman mendalam mengenai aliran ini.
5.
Apa kelemahan dan kelebihan dari
filsafat pendidikan behaviorisme? Apakah ada ide-ide filsafat behaviorisme yang
diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia? Jelaskan pendapat Saudara
disertai contoh-contohnya.
Jawaban:
Kelemahan
filsafat pendidikan behaviorisme:
1)
Tidak mampu menjelaskan proses
pendidikan yang kompleks. Terfokus pada satu tujuan.
2)
Kurang dapat menjelaskan adanya variasi
emosi warga belajar.
3)
Warga belajar menjadii kurang kreatif
karena proses pendidikan bersifat kaku.
4)
Pendidik dan peserta didik (warga
belajar) melakukan interaksi yang bersifat paternalistik
Kelebihan
Filsafat pendidikan behaviorisme
1)
Menekankan pada perubahan perilaku
sehingga menjadikan manusia sebagai manusia yang mengikuti norma yang ada.
2)
Warga belajar memiliki semangat yang
tinggi karena adanya reward dari
pendidik sehingga warga belajar termotivasi untuk melakukan yang terbaik.
3)
Memiliki kurikulum yang jelas mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi sehingga proses belajar
termanajemen dengan baik.
4)
Aliran pendidikan yang berusaha untuk
tetap mempertahankan adat istiadat, norma-norma, dan kebudayaan yang
termanifestasikan melalui tingkah laku.
Ide-ide
filsafat behaviorisme yang diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia
yaitu mengenai perubahan tingkah laku warga belajar dalam menghadapi berbagai
wujud perubahan di zaman modernisasi saat ini. Perubahan tingkah laku merupakan
hal utama yang harus diubah. Banyak orang yang dikategorikan cerdas secara
intelektual akan tetapi secara emosional/ tingkah lakunya masih sangat
meresahkan masyarakat. Terbukti dari beberapa kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia. Orang yang terjerat kasus korupsi adalah rata-rata orang yang secara
stratifikasi sosial dan pendidikan menengah ke atas atau dikategorikan cerdas
secara intelektual. Namun, realitasnya kecerdasan intelektual tidak mampu
menjamin seseorang untuk tidak malakukan perbuatan yang menyimpan dari norma
masyarakat. Hal tersebut sudah membudaya di negara ini. Sebagai generasi muda,
kita harus mampu untuk tidak mengikuti tingkah laku (behavioris) yang
menyimpang dari pejabat negara tersebut. Salah satu solusinya yaitu dengan
pendekatan pendidikan non formal yang mencakup segala proses pendidikan yang
terlaksana di luar dari pendidikan formal. Mulai dari keluarga, masyarakat,
sahabat, lembaga masyarakat, media dan hal lainnya yang terkait dengan
pendidikan non formal. Ide yang lain mengenai adanya reward atau stimulus dari pendidik. Dari situ, warga belajar terstimulus dan termotivasi
untuk berprestasi dan melakukan yang terbaik. Misalnya, dalam konteks
pendidikan kesetaraan paket A, B, maupun C. Warga belajar distimulus oleh
ijazah paket tersebut sehingga termotivasi untuk mendapatkan hal tersebut. Di
lain pihak, dalam konteks pendidikan formal, penulis memahami bahwa aliran
behavioris masih sangat berpengaruh besar. Terbukti dalam situasi pendidikan
yang selalu menerapkan sistem cumlaude
dan peringkat siswa sehingga siswa termotivasi dengan stimulus tersebut. Bukan
hanya kasus-kasus dia tas, masih ada beberapa ide-ide yang lain yang sangat
relevan di dunia pendidikan saat ini.
No comments:
Post a Comment