Thursday, November 19, 2015

FILE PRESENTASI PAUD LENGKAP!!!

Klik di sini

Saturday, November 7, 2015

250+ KATA ILMIAH DAN ARTINYA

Kata-kata di bawah adalah kumpulan dari hasil bacaan penulis dari beberapa literatur, seperti buku, koran, media online dll. Semoga bermanfaat teman-teman.
  1. Analogi: Persamaan atau Persesuaian
  2. Andragogi: Ilmu tentang tata cara orang dewasa belajar
  3. Aksentuasi: Pengutamaan, penitikberatan, penekanan
  4. Alienasi: Terasingkan
  5. Apresiasi: Penghargaan
  6. Aksioma: Pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian
  7. Adiktif: Kecanduan
  8. Akselerasi: Percepatan
  9. Akuntabel: Dapat dipertanggungjawabkan
  10. Animo: Hasrat, kemauan yang kuat
  11. Aposteriori: Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman
  12. Apriori: Pengetahuan yang didapatkan tanpa pengalaman (pemikiran)
  13. Ambigu: Bermakna ganda
  14. Ambivalen: Bercabang dua yang saling bertentangan
  15. Atributif: Melambangkan, menandai
  16. Afiliasi: Berhubungan atau pertalian sebagai anggota/cabang
  17. Afirmasi: Penetapan yang positif, pengkhususan
  18. Advokasi: Pembelaan
  19. Adidaya: Berkekuatan amat besar atau luar biasa
  20. Asketisisme: Paham yang mempraktikkan kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban
  21. Absurd: Tidak masuk akal
  22. Adendum: Jilid tambahan pada buku: lampiran
  23. Asketik: Bersifat sederhana, jujur dan rela berkorban
  24. Adagium: Peribahasa, pepatah
  25. Borjuis: Kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas
  26. Berorientasi: Kecenderungan pandangan
  27. Bersua: Datang saling mendekati
  28. Berspekulasi: Memperkirakan, berbohong
  29. Berkamuflase: Menyamar
  30. Broker: Makelar
  31. Bias: Menyimpang dari sebenarnya
  32. Disparitas: Perbedaan
  33. Disorientasi: Kesamaran arah
  34. Dinamika: Terjadi pergerakan, pergolakan
  35. Distorsi: Penyimpangan, pemutarbalikan suatu fakta
  36. Deskriptif: Menggambarkan
  37. Diferensiasi: Pembedaan
  38. Degradasi: Kemunduran, penurunan
  39. Diskriminasi: Pembedaan perlakuan
  40. Diskursus: Rasionalitas, wacana, pertukaran ide
  41. Diaspora: Tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara/tempat
  42. Dedikasi: Pengabdian, pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia
  43. Dikotomi: pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan (pemisahan)  
  44. Defisit: Kekurangan
  45. Definitif: Sudah pasti
  46. Diskresi: Kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi
  47. Depresiasi: Turunnya nilai, penyusutan nilai
  48. Divestasi: Pelepasan, pembebasan, pengurangan modal
  49. Diversifikasi: Penganekaragaman
  50. Diversitas: Perbedaan, kelainan, keragaman
  51. Dekret: Keputusan (ketetapan)
  52. De Facto: Berdasarkan fakta
  53. De Jure: Berdasarkan hukum
  54. Di lecut: Di Cambuk
  55. Demografi: Ilmu tentang susunan jumlah, dan perkembangan penduduk
  56. Domestik: Berhubungan dengan permasalahan dalam negeri
  57. Difusi: Penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide)  
  58. Diredusir: Mengurangi kesulitan, kesukaran: Menyederhanakan sesuatu agar lebih muda
  59. Diametral: Terpisah secara berhadap-hadapan
  60. Diksi: pilihan kata yang sesuai
  61. Direduksi: DIkurangi
  62. Daring: Dalam jaringan, internet (online)
  63. Eksistensi: Keberadaan
  64. Ekspektasi: Harapan
  65. Esensi: Hakikat, inti
  66. Esensial: Perlu sekali, mendasar, hakiki
  67. Eskalasi: Kenaikan, pertambahan
  68. Etimologi: Asal usul kata
  69. Empiris: Berdasarkan pengalaman
  70. Elegan: Anggun dan elok
  71. Entitas: Satuan yang berwujud
  72. Efisien: Tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya
  73. Efektif: Ada efeknya (pengaruh, kesannya, akibatnya)
  74. Elaborasi: Penggarapan secara tekun dan cermat
  75. Eksplisit: Terus terang, tidak berbelit-belit
  76. Emporium: Pusat perdagangan
  77. Elitis: Kelompok elit: Terpandang
  78. Etos: Pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial
  79. Fluktuatif: Naik-turun
  80. Fragmen: Cuplikan atau petikan bagian, pecahan sesuatu 
  81. Fanatik: Teramat kuat kepercayaan terhadap ajaran
  82. Fenomena: Fakta
  83. Fundamental: Mendasar
  84. Filantropi: Cinta kasih, kedermawanan kepada sesama
  85. Fenomenal: Luar biasa, hebat
  86. Flamboyan: Serba megah, gemerlapan
  87. Friksi: Perpecahan, pergeseran yang menimbulkan perbedaan pendapat
  88. Fiskal: Berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara
  89. Feodal: Susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan
  90. Garda: Pengawal
  91. Garda depan: Pelopor, perintis
  92. Genosida: Pembunuhan secara besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras
  93. Hierarki: Urutan tingkatan atau jenjang jabatan
  94. Hipotesis: Anggapan dasar (dugaan sementara)
  95. Hipokrit: Suka berpura-pura, munafik
  96. Hegemoni: Memengaruhi, merasuki
  97. Heuristis: Bersangkutan dengan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian
  98. Interpretasi: Penafsiran
  99. Intensif: Secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal
  100. Intens: Hebat, sangat kuat, tinggi, bergelora, sangat emosional
  101. Insidental: Terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja; tidak rutin
  102. Intelectual conscience: Nurani intelektual
  103. Intervensi: Campur tangan
  104. Implisit: Terkandung di dalamnya meskipun tidak diungkapkan
  105. Inklusif: Termasuk; terhitung
  106. Intrik: Penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan
  107. Komprehensif: Secara menyeluruh lengkap
  108. Kooperatif: Kerja sama
  109. Krusial: Gawat, genting
  110. Konfrontasi: Berhadap-hadapan langsung
  111. Konsumtif: Tidak menghasilkan, hanya memakai
  112. Kolektif: Secara bersama
  113. Kontradiksi: Pertentangan
  114. Kausalitas: Sebab-akibat
  115. Kampiun: Baik sekali, juara, pandai sekali
  116. Konklusi: Kesimpulan (pendapat)
  117. Korelasi: Hubungan timbal balik atau sebab akibat
  118. Kontinu: Berkesinambungan
  119. Konsentris: Mempunyai pusat yang sama
  120. Korektif: memperbaiki
  121. Konspirasi: Persekongkolan, konspirasi
  122. Kolosal: Dibuat secara besar-besaran, luar biasa besarnya
  123. Kuratif: Dapat menolong menyembuhkan penyakit
  124. Katarsis: Penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan
  125. Komparatif: Berdasarkan perbandingan
  126. Kompetitif: Berhubungan dengan kompetisi: persaingan
  127. Komplementer: Bersifat saling mengisi; melengkapi
  128. Konstelasi: Kumpulan orang, sifat, atau benda yang berhubungan
  129. Kamuflase: Penyamaran
  130. Kuartal: Tiga bulan
  131. Laten: Tersembunyi, terpendam taoi punya potensi muncul
  132. Lacur: Malang, celaka, sial; buruk laku
  133. Masif: Utuh, padat, kuat, kukuh
  134. Moderat: Konsep jalan tengah
  135. Mediator: Penghubung
  136. Mindset: Pola pikir
  137. Mainstream: Arus utama (biasa)
  138. Merefleksikan: Mencerminkan
  139. Militan: Bersemangat tinggi, berhalauan keras
  140. Mengelaborasi: Menggarap (mengerjakan) sesuatu secara tekun dan cermat
  141. Menganulir: Membatalkan
  142. Meniscayakan: Memastikan
  143. Mafia: Kelompok kriminal yang terorganisasi
  144. Madani: Berhubungan dengan hak-hak sipil: bukan militer
  145. Monumental: Bersifat menimbulkan kesan peringatan pada sesuatu yang agung
  146. Makar: Akal busuk, tipu muslihat, perbuatan dengan maksud hendak membunuh orang, perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah
  147. Narsisme: Keadaan mencintai diri sendiri secara berlebihan
  148. Normatif: Berpegang teguh pada norma; menurut norma atau kaidah yang berlaku
  149. Nomenklatur: Tata nama
  150. Orientasi: Kecenderungan
  151. Oase: Tempat, pengalaman, dsb yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan
  152. Oposisi: Penentang golongan yang berkuasa
  153. Oligarki: Pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu
  154. Progresif: Ke arah kemajuan
  155. Polemik: Perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka di media massa
  156. Pedagogi: Ilmu pendidikan/ilmu pengajaran
  157. Pedagogis: Bersifat mendidik
  158. Proletar: Lapisan sosial paling bawah
  159. Pluralisme: Keadaan masyarakat yang majemuk
  160. Perfeksi: Kesempurnaan
  161. Premis: Dasar pemikiran (Asumsi)
  162. Prerogatif: Hak istimewa kepala negara
  163. Presisi: Ketepatan, ketelitian
  164. Paradigma: Kerangka berpikir, model dalam ilmu pengetahuan
  165. Perspektif: Cara pandang/ sudut pandang
  166. Paradoks: Bertentangan
  167. Pragmatis: Bersifat praktis dan berguna bagi umum
  168. Patriark: Bapak dan kepala keluarga
  169. Propaganda: Penerangan (paham, pendapat dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu
  170. Proposisi: Rancangan usulan
  171. Prodeo: Karena Allah, cuma-cuma (gratis)
  172. Probabilitas: Kemungkinan
  173. Preventif: Bersifat mencegah
  174. Penetrasi: Penerobosan, penembusan, pemasukan
  175. Plat form: Rencana kerja: program
  176. Preseden: Hal yang terjadi lebih dahulu dan dapat dipakai sebagai contoh
  177. Privilese: Hak istimewa, kelebihan tertentu
  178. Prinsip: Kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb; dasar
  179. Paripurna: Lengkap, penuh lengkap
  180. Parsial: Berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan
  181. Posesif: Bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu
  182. Pasif: Bersifat menerima saja
  183. Profan: Tidak suci
  184. Proyeksi: Perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang
  185. Periodik: Berkala, menurut kurun waktu tertentu
  186. Pedofilia: Kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual
  187. Patrimonial: Mengenai warisan dari bapak
  188. Permisif: Bersifat terbuka, serba membolehkan, suka mengizinkan
  189. Primordialisme: Pandangan yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertama
  190. Rival: Lawan
  191. Riskan: Besar resikonya/berbahaya
  192. Referendum: Penyerahan suatu masalah ke orang banyak
  193. Relevansi: Hubungan, kaitan
  194. Remunerasi: Pemberian hadiah
  195. Resistansi: Berperilaku bertahan, berusaha melawan atau menentang
  196. Refleksi: Gambaran
  197. Rekonsiliasi: Perbuatan memulihkan kembali
  198. Relatif: Tidak mutlak, bergantung kepada orang yang memandang
  199. Rekonstruksi: Penyusunan kembali, pengembalian seperti semula
  200. Rasial: Berdasarkan prasangka ras tertentu
  201. Restrukturisasi: Penataan kembali supaya struktur atau tatanannya baik
  202. Radikal: Secara mendasar sampai kepada hal yang prinsip
  203. Regulasi: Pengaturan
  204. Revitalisasi: Proses perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali
  205. Remedial: Berhubungan dengan perbaikan
  206. Renaisans: Masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa (Abad 14-ke-17)
  207. Retorika: Keterampilan berbahasa secara efektif
  208. Resolusi: Putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang)
  209. Residivis: Orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa
  210. Renten: Bunga uang, riba
  211. Restorasi: Pengembalia atau pemulihan kekeadaan semula
  212. Restorative Justice System: Penyelesaian sebuah permasalahan di luar dari pengadilan
  213. Sekutu: Teman
  214. Stagnasi: Keadaan terhenti tidak bergerak
  215. Stigma: Ciri negatif yang menempel
  216. Sekuler: Bersifat duniawi
  217. Suspensi: Penangguhan sesuatu untuk sementara
  218. Stereotip: Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tetap (praduga kebanyakan orang) 
  219. Subtansial: Bersifat inti: sesungguhnya
  220. Stimulus: Rangsangan
  221. Sanitasi: Usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidangkesehatan masyarakat
  222. Signifikan: Penting, berarti
  223. Skeptis: Kurang percaya: Ragu-ragu
  224. Simultan: Bersamaan, serentak
  225. Spionase: Pemata-mataan
  226. Sporadis: Tidak tentu, kadang-kadang
  227. Sistemik: Susunan: aturan
  228. Simbiosis mutualisme: Hubungan yang saling menguntungkan
  229. Spekulasi: Pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan kenyataan, tindakan yang bersifat untung-untungan
  230. Spekulatif: Dengan pemikiran dalam-dalam secara teori
  231. Stakeholder: Para pihak, pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana
  232. Sistematis: Dengan cara diatur baik-baik
  233. Skandal: Perbuatan yang memalukan, perbuatan yang menurunkan martabat seseorang
  234. Simbolis: Sebagai lambang
  235. Spekulan: Orang yang mencari keuntungan besar dengan cara melakukan spekulasi (Dugaan)
  236. Surplus: Berlebihan,  jumlah yang melebihi hasil biasanya
  237. Sintesis: Penggabungan, paduan, kesatuan yang selaras
  238. Sinisme: Pandangan yang mengejek atau memandang rendah
  239. Sarkasme: Penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain: cemoohan atau ejekan kasar
  240. Term: Istilah
  241. Tendensius: Melawan dan menyusahkan, bersifat berpihak, rewel
  242. Tendensi: Kecenderungan, kecondongan pada suatu hal
  243. Tipologi: Ilmu watak, watak
  244. Terminologi: Peristilahan, ilmu mengenai batasan atau defenisi istilah
  245. Tersua: Terjumpa
  246. Teritorial: Mengenai bagian wilayah suatu negara
  247. Turbulensi: Keadaan terganggu karena perubahan yang tidak dapat di prediksi dan dikontrol (ketidakstabilan)
  248. Titik nadir: Titik paling rendah
  249. Visioner: Perihal memandang jauh ke depan
  250. Verifikasi: Pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, dsb
  251. Validasi: Pengesahan, pengujian kebenaran atas sesuatu
  252. Varian: Bentuk yang berbeda
  253. Via: Melalui

IKLAN
Menerima pendaftaran agen tour and travel dengan harga murah dari aplikasi tiket yang yang terkenal saat ini. 
silahkan cek ig @alayyubtravel (https://www.instagram.com/alayyubtravel/?hl=id) atau hubungi nomor WA 083123419866. Mohon bantu disebarkan yah. Terima Kasih

Friday, November 6, 2015

Mahasiswa Bugis-UGM



IKLAN
Menerima pendaftaran agen tour and travel dengan harga murah dari aplikasi tiket yang yang terkenal saat ini. 
silahkan cek ig @alayyubtravel (https://www.instagram.com/alayyubtravel/?hl=id) atau hubungi nomor WA 083123419866. Mohon bantu disebarkan yah. Terima Kasih

Thursday, November 5, 2015

VIDEO TENTANG KEAKSARAAN DASAR


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL


A.      Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa sumber daya manusia Indonesia melimpah sebagaimana sumber daya alam. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan penghidupan yang layak pada masyarakat Indonesia. Salah satu Penyebab ketidaksejahteraan masyarakat Indonesia adalah kemiskinan.
Kemiskinan bukan lagi isu yang hangat untuk ditelisik, melainkan merupakan isu yang sangat biasa dijumpai setiap waktu, dan seolah menjadi hal abadi yang dialami oleh Indonesia. Menurut data badan statistik pusat tahun 2012, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 29,13 juta orang. Jumlah tersebut sangat memprihatinkan karena sangat banyak masyarakat Indonesia yang tidak dapat memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Bukan hanya itu, masyarakat miskin tidak dapat menikmati pembangunan dengan memuaskan sebagaimana masyarakat dengan status sosial menengah ke atas. Ruang gerak masyarakat juga terbatas akibat kemiskinan.
Kemiskinan yang sebenarnya lebih kompleks dari apa yang dipahami selama ini. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Sudarwati (2009: 27) bahwa kemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkatan pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan, keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya, kondisi yang tidak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat, kehidupan bergelandangan dan tempat tinggal yang tidak memadai, dan lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat mendasar, yang harus segera ditangani. Penanganan atau penanggulangannya bukan hanya tanggung jawab masyarakat miskin tersebut, melainkan kesinergian antara masyarakat dan pemerintah. Namun, ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi kemiskinan masih sulit untuk ditangani menurut Sumarto (2010: 21). Pertama, kondisi anggota masyarakat yang belum ikut serta dalam proses yang berkualitas dan faktor produksi yang belum memadai. Kedua, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pedesaan. Ketiga, pembangunan yang direncankan oleh pemerintah tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi sehingga masyarakat tidak mampu untuk menjangkaunya. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya untuk membantu masyarakat keluar dari lingkaran kemiskinan dan melakukan penyadaran terhadap masyarakat akan banyaknya potensi yang dimiliki oleh dirinya dan lingkungannya sehingga bermanfaat dan berkontribusi lebih pada pencegahan kemiskinan.
B.       Deskripsi Masalah
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan tingkat kemiskinan terparah sesuai dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone tahun 2013 dengan jumlah 87,7  ribu orang. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
C.      Pilihan-pilihan Kebijakan
Upaya pemberdayaan masyarakat miskin untuk mencapai kesejahteraan sosial adalah melalui pendidikan. Pendidikan nonformal sebagai salah satu pendekatan yang tepat. Kegiatan yang akan dilakukan ini termasuk dalam pendidikan nonformal, sebab diselenggarakan di luar lingkungan dan aturan yang memang ditentukan pendidikan formal. Sistem Pendidikan Nasional membagi tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Cakupan ketiga jalur pendidikan tersebut, diuraikan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 ayat 11, 12, dan 13 bahwa: pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi pembagian sistem pendidikan itu. ketiganya saling melengkapi. Pendidikan informal merupakan pendidikan awal yang diperoleh setiap individu baik dalam keluarga maupun lingkungan. Namun, sebagai tindak lanjut dari pendidikan informal adalah pendidikan formal. Tetapi, karena ketidakmampuan pendidikan formal menjangkau semua lapisan sehingga pendidikan nonformal yang bertanggung jawab. Konsep pendidikan nonformal merupakan bagian yang terpenting dalam sistem pendidikan dan memiliki tugas dan tanggung jawab dengan pendidikan yang lainnya.
Komar (2006: 213) menjelaskan bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik di lembaga maupun tidak, melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Ungkapan senada juga diutarakan oleh Adikusumo (dalam Komar, 2006: 213) bahwa setiap kesempatan yang di dalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan lingkungan masyarakatnya dan negaranya. Konsep pendidikan nonformal ini merupakan konsep pendidikan dan pembelajaran yang berbasis pada masyarakat. Dengan harapan dapat mengubah pola pikir masyarakat dan dapat meningkatkan kehidupannya sehingga dapat berbentuk kesadaran ingin berusaha dan berjuang untuk mengubah hidupnya melalui proses pendidikan nonformal dapat diberdayakan.
Pemberdayaan pada hakikatnya mencakup dua aspek yaitu,  to give or authority  dan to give ability to enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna kekuasaan, sedangkan dalam pengertian yang kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Suparjan dan Hempri, 2003: 42-43). Pemberdayaan juga merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Narayan (2002: 8), yaitu: empowermen is kef for: (a) quality of life and human dignity, (b) good governance, (c) pro-poor growth dan, (d) project effectiveness. Ada beberapa tahap pemberdayaan yang dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk melakukan proses pemberdayaan, menurut Sulistiyani (2004: 83) yaitu: (1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku, merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat; (2) tahap proses transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan dapat berlangsung baik, penuh dengan semangat dan berjalan efektif jika tahap pertama telah terkondisi dengan baik; (3) tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan keterampilan yang diperlukan, agar mereka dapat membentuk kemandiriaan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan langkah kerja Kabupaten untuk ditindaklanjuti setiap kecamatan dan setiap desa. Ketiga tahapan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1.    Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku
Tahap ini lebih menekankan pada sentuhan penyadaran agar dapat membuka pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kondisi kehidupan saat ini terutama kondisi lingkungannya. Penyadaran dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki pengetahuan lebih tentang sosial dan kesejahteraan. Bahkan, jika memungkinkan dilakukan oleh tokoh masyarakat yang berpengaruh atau sengaja didatangkan dari provinsi atau pusat. Penyadaran ini dilakukan secara bertahap pada setiap desa di kabupaten Bone.
2.    Tahap transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan
Adapun beberapa langkah yang dilakukan sebagai konsep utama yaitu kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk mengembangakan kompetensi masyarakat dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kebudayaan, ekonomi, kreativitas serta motivasi. Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan dana dari setiap desa dengan kejelian melihat potensi lokal yang ada di desa tersebut. Adapun penjelasan konsepnya disajikan sebagai berikut.
a.    Membentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Langkah pertama dilakukan dengan membentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sebagai tempat berkumpulnya masyarakat. Di samping itu, PKBM ini juga nantinya dapat dijadikan sebagai wadah kegiatan untuk mengisi waktu luang masyarakat setelah selesai bekerja. PKBM adalah suatu lembaga yang dibentuk, diselenggarakan/dikelola dan dikembangkan dengan prinsip "dari", "oleh" dan "untuk" masyarakat/komunitas. Kegiatan di PKBM bisa semua ada, tergantung pada kebutuhan masyarakat sekitar  yang  membutuhkan karena  sifatnya  adalah  memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat, karena PKBM mempunyai tujuan memperluas kesempatan masyarakat yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mental untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Program kegiatannya bisa berupa kejar paket, kursus, belajar usaha, kewirausahaan, pemuda produktif, produk masyarakat, keterampilan, kecakapan hidup, kemitraan dan lain sebagainya.
b.    Bidang-Bidang PKBM
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini nantinya memiliki 4 bidang besar yang menaungi semua kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat di PKBM ini yaitu:
1)   Bidang pembelajaran
Dalam bidang ini, masyarakat nanti akan melakukan sebuah proses yang berkaitan dengan proses transformasi pengetahuan. Pembelajaran ini tidak menutup semua kalangan dari usia yang sudah tua sampai anak usia dini. Beberapa hal yang dilakukan dalam bidang ini yaitu:
a)    Taman Baca
Membaca merupakan perangkat instrumental yang mampu mengafirmasi sistem kognisi untuk berkembang dengan baik. Dengan membaca setiap orang akan berkembang dan memiliki beragam solusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi secara konkrit. Paket kegiatan gerakan desa gemar membaca akan dilaksanakan dengan memotivasi serta memasilitasi masyarakat desa untuk senantiasa menjadikan membaca sebagai sebuah budaya. Membangun semacam perpustakaan kecil yang diisi oleh buku-buka yang dapat menunjang kehidupan masyarakat, seperti buku pendidikan, buku pembelajaran untuk anak-anak, buku-buku mengenai pertanian, peternakan, perikanan, pertambakan, ekonomi, dan lain sebagainya. Buku-buku ini dapat diakses dan dibaca oleh masyarakat.
b)   Pendidikan Keaksaraan Fungsional
Kabupaten Bone merupakan kabupaten termiskin di Sulawesi Selatan, dan masyarakatnya banyak yang termasuk dalam masyarakat yang buta aksara. Tidak hanya masyarakat yang berusia lanjut tetapi juga masyarakat yang berusia muda. Oleh karena itu, hadirnya PKBM ini di tengah masyarakat dapat menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan sebagai pemberantasan buta aksara, dengan menyediakan hal-hal yang dapat menunjang pembelajaran. Misalnya dengan menyediakan poster-poster yang berkaitan dengan pembelajaran dasar, dan sebagainya.
c)    Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan ini dapat membantu masyarakat yang ingin memperoleh ijazah disebabkan karena tidak menajalani pendidikan formal sebagaimana mestinya. Pendidikan Kesetaraan Paket A adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SD (Sekolah Dasar). Program ini ditujukan bagi yang ingin mendapatkan pendidikan setingkat SD. Paket B adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SMP/SLTP (Sekolah Menengah/Lanjutan Tingkat Pertama). Paket C adalah program pendidikan kesetaraan setingkat SMA/SLTA (Sekolah Menengah/Lanjutan Tingkat Atas).
d)   Pendidikan Keterampilan
Masyarakat suka dengan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan kihidupan yang dijalani. Pendidikan Keterampilan (vokasional), Kecakapan Hidup (life skill) dan Kursus-kursus merupakan program yang memberikan keterampilan praktis kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya seperti keterampilan pertukangan, permesinan yang dilakukan oleh kaum laki-laki, tata busana, komputer, jasa. Tidak hanya itu, seperti ibu-ibu yang suka menjahit, suka membuat kue dan sebagainya.
2)   Bidang usaha ekonomi produktif
Bidang Usaha Ekonomi Produktif adalah kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pemberdayaan ekonomi anggota, mencakup program-program unit usaha PKBM, Kelompok Usaha Bersama (KUBE), pengembangan usaha masyarakat, kerjasama usaha masyarakat, peningkatan produktivitas masyarakat, penciptaan lapangan kerja baru dan lain-lain. Bidang usaha produktif ini memiliki keterkaitan dengan pendidikan keterampilan. Bidang ini dapat ditunjang dari keterampilan karena hasil dari keterampilan tersebut dapat dipasarkan dalam usaha ekonomi produktif ini sehingga dapat menunjang pendapatan ekonomi. Kegiatan pelatihan yang mengajarkan berbagai kreasi tepat guna dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Item ini akan didorong dengan mengadakan pelatihan-pelatihan pembuatan aneka kreasi makanan kemasan, kerajinan hiasan rumah tangga, serta berbagai inovasi lain yang akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini berupa semiloka dan pendampingan komunitas di kalangan masyarakat. Sementara itu, sasaran utamanya adalah ibu-ibu rumah tangga dan pemuda-pemudi Karang Taruna desa. Kegiatan ini diharapkan dapat berlangsung secara berkelanjutan dan dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
3)   Bidang pengembangan masyarakat
Bidang pengembangan masyarakat adalah kegiatan penguatan kapasitas kelompok yang mencakup penguatan sarana/prasarana/infrastruktur fisik, perbaikan dan pengembangan lingkungan, pembangunan. Lingkungan Hidup, Pelestarian Hutan, Penyuluhan Pertanian, Peternakan, penyuluhan kesehatan, dan sebagainya. Bidang pengembangan masyarakat ini dapat dilakukan secara berkala berkaitan dengan apa yang terjadi dan dibutuhkan oleh masyarakat. Kebudayaan atau kesenian termasuk juga dalam pengembangan masyarakat karena masyarakat dapat menyalurkan bakat dan kemampuannya dalam bidang kesenian. Misalnya menari, hal-hal yang berkaitan dengan kesusastraan, tujuan dari kegiatan kesenian atau kebudayaan ini untuk menggeliatkan kearifan lokal sehingga kebudayaan yang merupakan warisan nenek moyang dapat dilestarikan dan terjaga dengan baik.
3.    Tahap pengayaan
Pada pengayaan ini merupakan tindak lanjut dari tahap kedua. Apabila pada tahap kedua, masyarakat masih dimbimbing dan diarahkan dalam melakukan keterampilan-keterampilan. Namun, pada tahap pengayaan ini masyarakat desa dapat melakukan kegiatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi lokal, dan juga kepekaan terhadap hal-hal yang dibutuhkan masyarakat atau lingkungan desanya.

D.  Kesimpulan dan Rekomendasi
Kabupaten Bone provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu kabupaten yang berada diurutan kedua dengan jumlah penduduk terbesar. Namun, dari jumlah penduduk tersebut tidak menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan sumber daya alam yang melimpah adalah kualitas sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Yang terjadi justru sebaliknya, kabupaten Bone merupakan kabupaten dengan tingkat kemiskinan terparah di Sulawesi Selatan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memanfaatkan dana desa yang saat ini sedang diprogramkan oleh pemerintah kemudian membentuk lembaga pendidikan non formal.
Pendidikan nonformal dapat mewadahi pembentukan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sebab PKBM mewadahi berbagai kegiatan atau keterampilan yang dapat dilakukan oleh masyarakat desa. Ada banyak hal yang dapat dikembangkan karena setiap daerah mempunyai keunggulan potensi daerah yang berbeda yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, masyarakat dapat terlepas dari belenggu kemiskinan dengan kemandirian memanfaatkan potensi daerahnya.
Direkomendasikan kepada Pemerintah khususnya Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan Direktorat Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintahan Kabupaten, Kecamatan, Desa, Praktisi, dan Pekerja Sosial.























Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bone. 2013.
Komar, Oong. (2006). Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: Pustaka Setia.

Narayan. 2012. Empowerment and Poverty Reduction. Washington DC: The World Bank.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sudarwati, Ninik. 2009. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan (Mengurangi Kegagalan Penanggulangan Kemiskinan, Intermedia.

Sulistiyani. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gaya Media.

Sumarto. 2010. Jurus Mabuk Membangun Ekonomi Rakyat. Jakarta: Indeks.

Suparjan, Hempri. 2003. Pengembangan Masyarakat, (dari Pembangunan sampai Pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.




RINGKASAN BUKU COMMUNITY DEVELOPMENT KARYA JIM IFE DAN FRANK TESORIERO

Buku Community Development yang ditulis oleh Jim Ife dan Frank Tesoriero serta diterjemahkan oleh Sastrawan Manullang, dkk. Merupakan buku yang dijadikan sebagai acuan mata kuliah pengembangan masyarakat. Buku ini terdiri dari 13 bab dengan pembahasan yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
Bab I  : Krisis layanan kemanusiaan, kebangkitan individualisme, dan kebutuhan akan komunitas
Bab II : Landasan pengembangan masyarakat: suatu perpektif ekologis
Bab III: Landasan pengembangan masyarakat: suatu perspektif keadilan sosial dan hak azasi manusia
Bab IV: Ekologi dan keadilan sosial/ham: suatu visi untuk pengembangan masyarakat
Bab V  : Perubahan dari bawah
Bab VI : Partisipasi
Bab VII: Proses pengembangan masyarakat
Bab VIII: Global dan lokal
Bab IX  : Pengembangan masyarakat terpadu
Bab X    :Pengembangan masyarakat: pengembangan budaya, lingkungan, personal/spiritual
Bab XI   : Penerapan prinsip-prinsip dalam praktik
Bab XII  : Peran dan keterampilan
Bab XIII : Isu-isu Praktis

BAB I: KRISIS LAYANAN KEMANUSIAN, KEBANGKITAN INDIVIDUALISME, DAN KEBUTUHAN AKAN KOMUNITAS
Awal bab ini menjelaskan tentang mengapa harus ada pengembangan masyarakat, maka diceritakanlah masalah-masalah yang terjadi.
Pada bab I terdiri dari tiga sub bab yaitu:
1.      Krisis dalam negara kesejahteraan
Sub bab pertama menjelaskan tentang adanya krisis yang terjadi dalam sebuah negara yang notabenenya sebagai nagara yang sejahtera. Negara yang dibahas dalam sub bab ini adalah lebih ke negara-negara barat, akan tetapi penulis dapat memahami bahwa tujuan mempelajari dari sub bab I ini adalah untuk mempelajari permasalahan yang ada dalam sebuah negara sehingga melahirkan sebuah konsep yang kemudian dapat digunakan sebagai pisau analisis permasalahan yang ada di negara Indonesia.
2.      Layanan berbasis masyarakat sebagai suatu alternatif
Pada sub bab ke dua terkait dengan sub bab pertama. Keterkaitannya adalah pada sub bab pertama menjelaskan tentang sebuah permasalahan dan sub bab ke dua menjalaskan solusi alternatif dari permasalahan tersebut yaitu dengan layanan berbasis masyarakat untuk memenuhi kebutuhan manusia, dengan mengerahkan sumber-sumber daya, keahlian dan kearifan dari komunitas itu sendiri.
3.      Unsur yang hilang: Pengembangan Masyarakat
Sub bab ke tiga menjelaskan tentang adanya unsur yang hilang dalam pengembangan masyarakat maka di sub bab ke tiga ini menjelaskan mengenai pentingnya janji komunitas, modal sosial, dan kebutuhan akan orang asing dalam pengembangan masyarakat.
Jadi, intinya adalah krisis layanan kemanusian terjadi sebagai akibat dari kebangkitan individualisme dan solusi untuk menanganinya dengan sebuah komunitas atau layanan berbasis masyarakat.

BAB II. LANDASAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU PERPEKTIF EKOLOGIS
Bab II ini terdiri atas lima sub bab, yaitu:
1.      Krisis Lingkungan Hidup
Pada sub bab ini dijelaskan mengenai krisis-krisis lingkungan hidup yang terjadi mencakup polusi udara, laut, sungai, dan tanah, kandungan racun dalam rantai makanan, penurunan sumber daya alam bumi, penipisan lapisan ozon, pemanasan global, kepunahan jenis-jenis flora dan fauna, hilangnya wilayah-wilayah alam liar, erosi lapisan atas tanah, desertifikasi, deforestasi, limbah nuklir dan krisis populasi. Jadi, yang dibahas adalah berbagai krisis yang terjadi pada lingkungan hidup.
2.      Tanggapan lingkungan dan tanggapan green
Tanggapan lingkungan hidup terhadap masalah-masalah ekologis memiliki dua ciri penting. Pertama, mereka berupaya memecahkan masalah-masalah spesifik dengan solusi-solusi yang diskrit. Jadi, masalah pemanasan global diatasi dengan mengurangi gas rumah kaca, masalah berkurangnya sumber daya dengan teknologi alternatif, masalah polusi dengan teknologi anti-polusi, masalah populasi dengan program keluarga berencana, masalah hilangnya alam liar dengan menciptakan kawasan lindung, masalah kepunahan jenis dengan program jenis langka dan seterusnya. Kedua, mencari solusi-solusi dalam orde sosial, ekonomi, dan politik yang ada saat ini.
Sebaliknya, tanggapan green terhadap masalah-masalah lingkungan hidup memakai pendekatan yang lebih mendasar atau radikal. Pendekatan tersebut melihat masalah-masalah lingkungan hidup sebagai sekadar gejala-gejala dari masalah mendasar yang lebih penting. Itu adalah konsekuensi dari suatu orde sosial, ekonomi, dan politik yang secara mencolok tidak berkelanjutan, dan karena itu adalah orde sosial, ekonomi, dan politik inilah yang harus diubah. Jadi, inti dari tanggapan lingkungan dan tanggapan green adalah menanggapi krisis lingkungan hidup.
3.      Tema-tema dalam analisis green
Ada beberapa tema dalam analisis green yaitu:
a.       Eko-sosialisme memiliki persepsi masalah utama atas kapitalisme. Solusi yang diusulkan adalah masyarakat sosialis.
b.      Eko-anarkhisme memiliki persepsi masalah utama hirarki, pemerintah, dan birokrasi. Solusi yang diusulkan adalah desentralisasi, kontrak lokal, dan tidak ada pemerintah pusat.
c.       Eko-feminisme memiliki masalah utama patriarki. Solusi yang diusulkan adalah revolusi feminis, menghargai atribut perempuan, dan mengakhiri penindasan gender.
d.      Eko-luddisme memiliki masalah utama teknologi. Solusi yang diusulkan adalah teknologi rendah berskala manusia, dan mengakhiri kemajuan teknologi yang tidak berakar.
e.       Anti-pertumbuhan memiliki masalah utama pada pertumbuhan (ekonomi, populasi, konsumsi, dll.).  solusi yang diusulkan adalah masyarakat tanpa pertumbuhan.
f.       Ekonomi alternatif memiliki persepsi atas masalah utama pada teori ekonomi konvensional. Solusi yang ditawarkan adalah ekonomi berkelanjutan, termasuk eksternalitas dan ekonomi yang terdesentralisasi.
g.      Kerja, waktu senggang dan etika kerja memilik persepsi masalah utama defenisi kerja, ketergantungan pada pasar tenaga kerja sebagai mekanisme distributif. Solusi yang diusulkan defenisi-defenisi baru dari kerja dan waktu senggang, serta jaminan pendapatan minimum.
h.      Pembangunan global memiliki persepsi utama pada dominasi dan eksploitasi atas dunia mayoritas oleh dunia minoritas, dan ketidaksetaraan global (pembangunan). Solusinya yaitu kesetaraan global dan pembangunan tepat guna.
i.        Eko-filosofi memiliki pandangan dunia yang antroposentris. Solusi utamanya yaitu pandangan dunia yang ekosentris.
j.        Pemikiran paradigma baru memiliki persepsi atas masalah pandangan dunia berpaham Newtonian. Solusi yang ditawarkan adalah holistis, paradigma sistematis Cartesian, dan berpikir linier.
4.      Suatu perspektif ekologis
Perspektif ekologis ini digunakan sebagai tema pemersatu empat prinsip ekologi yaitu holisme, keberlanjutan, keanekaragaman, dan keseimbangan. Holisme memiliki konsekuensi filosofi ekosentris menghormati kehidupan dan alam. Menolak solusi linier perubahan organik. Keberlanjutan memiliki konsekuensi keonservasi mengurangi konsumsi, ekonomi tanpa pertumbuhan, membatasi perkembangan teknologi, antikapitalis. Keanekaragaman menghargai perbedaan, tidak ada jawaban tunggal, desentralisasi, komunikasi jejaring dan lateral, teknologi tingkat rendah. Keseimbangan antara global/lokal/Yin/Yang/Gender hak/tanggung jawab/perdamaian dan koperasi.
Inti dari pembahasan ini adalah dalam pengembangan masyarakat harus menghormati kehidupan alam sekitarnya.



BAB III.  LANDASAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU PERSPEKTIF KEADILAN SOSIAL DAN HAK AZASI MANUSIA
Bab ini membahas suatu perspektif keadilan sosial dan hak asasi manusia yang dijadikan sebagai landasan pengembangan masyarakat. Dijelaskan pula bahwa dalam mengembangkan masyarakat harus berkeadilan sosial dan memenuhi hak-hak masyarakat tersebut. Terdapat empat komponen kunci dari pendekatan keadilan sosial dan HAM kepada kerja masyarakat, keadaan yang merugikan, hak-hak, pemberdayaan dan kebutuhan. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri. Jelas terlihat, tiap-tiap komponen relevan bagi yang lainnya dan terdapat berbagai kaitan yang jelas. Misalnya, kebutuhan dan hak, dan pemberdayaan, serta struktur-struktur yang merugikan.

BAB IV. EKOLOGi, KEADILAN SOSIAL DAN HAM: SUATU VISI UNTUK PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pada bagian ini menjelaskan dan memadukan pembahasan dari bab II dan bab III. Yang mana pada sub babnya, yaitu mempertanyakan mengapa setiap perspektif tidak cukup tanpa yang lainnya. Di sini dijelaskan bahwa dalam pengembangan masyarakat masing-masing perspektif saling mengkritik satu dengan yang lainnya. Janji integrasi, masing-masing perspektif ekologi, keadilan sosial dan HAM saling berintegrasi untuk mengembangkan masyarakat. Maka lahirlah sebuah konsep-konsep yaitu keberlanjutan sosial, memadukan yang sosial dan non sosial, kesetaraan antar genarasi, keadilan global, keadilan ekosentris, hak lingkungan hidup, kewajiban-kewajiban global, dan lingkungan hidup. Konsep-konsep tersebut digunakan dalam komunitas untuk pengembangan sebagai layanan kemanusiaan berbasis masyarakat yang menjadi suatu visi alternatif.

BAB V. PERUBAHAN DARI BAWAH
Yang dimaksud dalam bab ini adalah terjadinya perubahan bukan dari atas ke bawah, melainkan perubahan yang berdasar pada masyarakat grass root dalam kata lain perubahan dari bawah. Tidak hanya itu, juga dijelaskan cara terjadinya perubahan dari bawah tersebut. Seorang pekerja masyarakat yang ingin melakukan sebuah perubahan dari bawah harus memenuhi berbagai syarat yaitu menghargai pengetahuan lokal, menghargai kebudayaan lokal, menghargai keterampilan lokal, mampu bekerja dalam solidaritas yang tidak hanya mementingkan pengetahuan diri sendiri. Jika ingin melakukan sebuah perubahan dari bawah perlu pengetahuan awal mengenai landasan ideologis dan teoretis sebagai dasar dalam melakukan perubahan tersebut. Beberapa landasan idelogis dan teoretis tersebut adalah pluralisme, sosialisme domokratis, anarkhisme, post-kolonialisme, post-modernisme, dan feminisme.

BAB VI.  PARTISIPASI
Bab VI ini menjelaskan konsep partisipasi dalam pengembangan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan sebuah partisipasi adalah demokrasi. Demokrasi partisipatif ini memiliki empat karakteristik yaitu desentralisasi, akuntabilitas, pendidikan, dan kewajiban. Tetapi menurut penulis yang paling utama adalah membangun kesadaran terlebih dahulu melalui pendidikan. Di samping itu, terdapat pula demokrasi deliberatif. Demokrasi liberatif ini berupaya mencari peran bagi masyarakat dalam mendefinisikan parameter-parameter permasalahan, dan tidak menempatkan pemerintah sebagai pakar yang memiliki pengetahuan dan kebijakan yang superior. Jadi, demokrasi liberatif merupakan penggabungan dari pemerintah dan masyarakat untuk memecahkan sebuah permasalahan secara partisipatif.
Permasalahan yang biasa terjadi dalam konteks partisipasi adalah adanya tokenisme. Tokenisme diartikan sebagai masyarakat yang diminta konsultasinya atau diberi informasi mengenai suatu keputusan, tetapi sebenarnya mereka hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan tersebut. Jadi, pada intinya adalah perubahan dari bawah berada pada jantung pengembangan masyarakat dan partisipasi menghidupkan konsep ini.

BAB VII. PROSES PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pengembangan masyarakat sejatinya merupakan proses. Dalam mengevaluasi proyek pengembangan masyarakat siapa pun harus melihat proses, dan dalam merencanakan serta menerapkan program pengembangan masyarakat apapun senantiasa merupakan proses bukan hasil yang harus dipertimbangkan mendalam. Orang-orang yang menekankan pada pernyataan hasil perlu menyadari bahwa untuk pengembangan masyarakat proses yang baik merupakan hasil terpenting yang dapat dicapai. Proses yang baik akan mendorong masyarakat untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan tetap menguasai perjalanan selain tujuan akhir. Pengembangan masyarakat perlu mengupayakan pembentukan cara berpikir yang menghargai saling interaksi di antara masyarakat, menghargai kualitas pengalam kolektif, dan memaksimalkan potensi mereka dan mencapai pri kemanusiaan mereka secara utuh melalui pengalaman proses masyarakat.


BAB VIII. GLOBAL DAN LOKAL
Pada bab ini, seorang pekerja masyarakat harus mampu memahami isu-isu global dan juga dapat menjawab perubahan global dengan berpikir global, tetapi bertindak lokal. Dan seorang pekerja masyarakat dalam mengembangkan masyarakat mampu menguasai persoalan-persoalan global untuk perubahan secara lokal. Dengan kemajuan globalisasi, ekonomi global, komunikasi global, dan lalu lintas dunia global, gagasan bahwa kita tinggal di satu dunia menjadi sangat penting dalam semua bidang termasuk pengembangan masyarakat. Dalam dunia global, praktik pengembangan masyarakat tidak dapat mengabaikan isu global, bagaimanapun perhatian global harus ditampakkan. Kekuatan-kekuatan global memengaruhi semua masyarakat, dan merupakan faktor pendukung atas persoalan dan isu yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, dalam memahami suatu masyarakat, seorang pekerja masyarakat harus mampu memahami global maupun lokal, dan bagaimana keduanya saling memengaruhi/berinteraksi. Menerapkan secara lokal dan global merupakan tantangan besar bagi para pekerja masyarakat. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan globalisasi dari bawah, mencoba untuk merekonstruksi agenda globalisasi untuk kepentingan orang-orang dan masyarakat pada umumnya, dan menghubungkan mereka dengan aksi akar rumput global untuk perubahan. Poin penting bagi pekerja masyarakat adalah selalu menyadari hubungan antara lokal dan global, dan menyelidiki cara-cara dapat menghubungkan masyarakat dengan gerakan global untuk perubahan.

BAB IX. PENGEMBANGAN MASYARAKAT TERPADU
Pengembangan masyarakt terpadu terdiri atas enam dimensi, tetapi pada bab ini hanya membahas tiga dimensi saja. Pertama, dimensi pengembangan sosial yang lebih fokus pada pengembangan pelayanan, balai masyarakat, perencanaan sosial, dan semangat sosial. Kesemuanya itu, berfokus pada sosial masyarakat. Kedua, pengembangan ekonomi. Dalam pengembangan masyarakat tidak hanya berfokus pada sosialnya, tetapi juga pada peningkatan ekonominya. Ketiga, pengembangan politik terdiri atas dua yaitu pengembangan politik internal dan eksternal. Pengembangan politik internal membahas mengenai peningkatan kesadaran dan pengorganisasian. Jadi, tataran perubahan itu masih dalam lingkup dalam masyarakat. Pengembangan politik eksternal terdiri dari pengorganisasian dan aksi sosial. Jadi, tataran perubahan yang terjadi dalam masyarakat melalui sebuah tindakan nyata untuk mengungkapkan permasalahan yang terjadi dalam pengembangan masyarakat itu sendiri.
   
BAB X. PENGEMBANGAN MASYARAKAT: PENGEMBANGAN BUDAYA, LINGKUNGAN, PERSONAL/SPIRITUAL
Bab ini merupakan lanjutan dari bab IX yaitu berkaitan dengan pengembangan masyarakat yang terpadu. Keempat, pengembangan budaya dilakukan dengan melestarikan dan menghargai kebudayaan lokal, melestarikan dan menghargai budaya asli, multikulturalisme, dan budaya partisipatif. Kelima, pengembangan lingkungan sebagaimana yang telah dibahas pada bab II bahwa pengembangan masyarakat tetap memperhatikan kondisi lingkungan alam yang ada disekitarnya sehingga tidak melahirkan permasalahan lingkungan. Keenam, pengembangan personal dan spiritual. Masyarakat adalah bagian dari individu maka segala pembahasan mengenai pengembangan masyarakat telah mencakup pula pengembangan personal. Untuk pengembangan spiritual merupakan dimensi yang sangat penting untuk pengembangan masyarakat, rasa akan kesakralan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual termasuk bagian penting dari pembentukan kembali masyarakat manusia dan memberikan makna, serta tujuan kehidupan manusia. Keenam dimensi tersebut sangat diperlukan dalam pembangunan yang seimbang.

BAB XI. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DALAM PRAKTIK
Bab ini memusatkan pada identifikasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat melampaui kondisi lokal dan oleh karenanya mengarahkan praktik seseorang pada level yang lebih umum. Prinsip-prinsip tersebut dikelompokkan menurut pembahasan pada bab II, III, V, VI, dan VII. Prinsip-prinsip ekologis terdiri dari prinsip holisme, keberlanjutan, keanekaragaman, perkembangan organik, perkembangan yang seimbang. Prinsip keadilan sosial dan HAM terdiri mengatasi struktur yang merugikan, mengatasi wacana-wacana yang merugikan, pemberdayaan, hak asasi manusia, dan definisi kebutuhan. Prinsip menghargai yang lokal terdiri dari menghargai pengetahuan lokal, menghargai kebudayaan lokal, mengahargai sumber daya lokal, mengahrgai keterampilan masyarakat lokal, mengahrgai proses lokal, dan partisipasi. Prinsip-prinsip proses terdiri dari proses, hasil, dan visi. Integritas proses, menumbuhkan kesadaran, kerja sama dan konsensus, langkah pembangunan, perdamaian dan anti kekerasan, inklusifitas, dan membangun masyarakat. Prinsip-prinsip global dan lokal yaitu, menghubungkan yang global dan lokal, dan praktik anti-kolonialis  

BAB XII. PERAN DAN KETERAMPILAN
Dalam bagian ini dijelaskan menganai peran dan keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja masyarakat. Wilayah teknis dari pengembangan masyarakat dan dimulai dengan masalah buku panduan yang digunakan, kompetensi yang digunakan, dan mampu mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik, teori, repleksi, dan praksis. Beberapa peran dan keterampilan yang harus dipahami, yaitu peran dan keterampilan memfasilitasi: 1) memfasilitasi semangat sosial, 2) mediasi dan negosiasi, 3) dukungan, 4) membangun konsensus, 5) fasilitasi kelompok, 6) pemanfaatan berbagai keterampilan dan sumber daya, 7) mengorganisasi, dan 8) komunikasi pribadi.
Peran dan keterampilan mendidik: 1) Peningkatan kesadaran, 2) Memberikan informasi, 3) Konfrontasi, dan 4) Pelatihan. Peran dan keterampilan representasi: 1) Memperoleh berbagai sumber daya, 2) advokasi, 3) menggunakan media, 4) humas dan presntasi publik, 5) jaringan kerja (networking), 6) berbagi pengetahuan dan pengalaman. Berbagai peran dan keterampialan teknis: 1) penelitian, 2) menggunakan komputer, 3) presentasi verbal dan tertulis, 4) manajemen, dan 5) pengaturan keuangan. Untuk memahami semua itu, dibutuhkan neds assesment dan evaluasi. Ketika menemukan sebuah permasalahan maka dibutuhkan pengembangan berbagai keterampilan dengan cara menganalisis penyadaran, pengalaman, belajar dari orang lain, dan intuisi.

BAB XIII. ISU-ISU PRAKTIS
Adapun yang menjadi pembahasan yaitu isu-isu praktis yang terjadi dalam sebuah masyarakat, seperti isu-isu pekerja masayarakat yang terdiri dari pekerja masyarakat yang dipekerjakan, pekerja sektoral yang dipekerjakan, profesional berfokus masyarakat, aktivis yang dipekerjakan, dan aktivis masyarakat yang tidak dibayar. Isu praktis mengenai nilai dan etika yang dibahas adalah nilai-nilai pribadi, pemaksaan atas berbagai nilai, dan berbagai dilema moral dan etika. Isu selanjutnya mengenai profesionalisme, pendidikan dan pelatihan, penggunaan dan penyalahgunaan kekuasaan, kerja masyarakat internal dan eksternal, komitmen jangka panjang. Untuk menggapi isu praktis tersebut dibuthkan sebuah dukungan (support) dari para majikan atau atasan, teman sekerja, pekerja dalam berbagai masyarakat yang lain, anggota komuniatas, berbagai jaringan kerja aktivis, dan berbagai jaringan kerja pribadi.

Gairah, visi dan harapan, pengetahuan teknis, keterampilan, dan keahlian merupakan hal penting. Namun, semua hal itu tidaklah cukup. Para pekerja masyarakat yang baik harus memiliki gairah, sebuah komitmen, sebuah antusiasme yang nyata bagi kerja mereka, dan sesuatu yang mengendalikan mereka untuk aktif. Para pekerja masyarakat tidak akan melihat kerja mereka sebagai sekadar sebuah pekerjaan. Namun, sebagai sesuatu yang pada hakikatnya penting, tindakan yang baik, dan bagian dari membuat dunia menjadi sebuah tempat yang lebih baik.