Thursday, November 5, 2015

RINGKASAN BUKU COMMUNITY DEVELOPMENT KARYA JIM IFE DAN FRANK TESORIERO

Buku Community Development yang ditulis oleh Jim Ife dan Frank Tesoriero serta diterjemahkan oleh Sastrawan Manullang, dkk. Merupakan buku yang dijadikan sebagai acuan mata kuliah pengembangan masyarakat. Buku ini terdiri dari 13 bab dengan pembahasan yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
Bab I  : Krisis layanan kemanusiaan, kebangkitan individualisme, dan kebutuhan akan komunitas
Bab II : Landasan pengembangan masyarakat: suatu perpektif ekologis
Bab III: Landasan pengembangan masyarakat: suatu perspektif keadilan sosial dan hak azasi manusia
Bab IV: Ekologi dan keadilan sosial/ham: suatu visi untuk pengembangan masyarakat
Bab V  : Perubahan dari bawah
Bab VI : Partisipasi
Bab VII: Proses pengembangan masyarakat
Bab VIII: Global dan lokal
Bab IX  : Pengembangan masyarakat terpadu
Bab X    :Pengembangan masyarakat: pengembangan budaya, lingkungan, personal/spiritual
Bab XI   : Penerapan prinsip-prinsip dalam praktik
Bab XII  : Peran dan keterampilan
Bab XIII : Isu-isu Praktis

BAB I: KRISIS LAYANAN KEMANUSIAN, KEBANGKITAN INDIVIDUALISME, DAN KEBUTUHAN AKAN KOMUNITAS
Awal bab ini menjelaskan tentang mengapa harus ada pengembangan masyarakat, maka diceritakanlah masalah-masalah yang terjadi.
Pada bab I terdiri dari tiga sub bab yaitu:
1.      Krisis dalam negara kesejahteraan
Sub bab pertama menjelaskan tentang adanya krisis yang terjadi dalam sebuah negara yang notabenenya sebagai nagara yang sejahtera. Negara yang dibahas dalam sub bab ini adalah lebih ke negara-negara barat, akan tetapi penulis dapat memahami bahwa tujuan mempelajari dari sub bab I ini adalah untuk mempelajari permasalahan yang ada dalam sebuah negara sehingga melahirkan sebuah konsep yang kemudian dapat digunakan sebagai pisau analisis permasalahan yang ada di negara Indonesia.
2.      Layanan berbasis masyarakat sebagai suatu alternatif
Pada sub bab ke dua terkait dengan sub bab pertama. Keterkaitannya adalah pada sub bab pertama menjelaskan tentang sebuah permasalahan dan sub bab ke dua menjalaskan solusi alternatif dari permasalahan tersebut yaitu dengan layanan berbasis masyarakat untuk memenuhi kebutuhan manusia, dengan mengerahkan sumber-sumber daya, keahlian dan kearifan dari komunitas itu sendiri.
3.      Unsur yang hilang: Pengembangan Masyarakat
Sub bab ke tiga menjelaskan tentang adanya unsur yang hilang dalam pengembangan masyarakat maka di sub bab ke tiga ini menjelaskan mengenai pentingnya janji komunitas, modal sosial, dan kebutuhan akan orang asing dalam pengembangan masyarakat.
Jadi, intinya adalah krisis layanan kemanusian terjadi sebagai akibat dari kebangkitan individualisme dan solusi untuk menanganinya dengan sebuah komunitas atau layanan berbasis masyarakat.

BAB II. LANDASAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU PERPEKTIF EKOLOGIS
Bab II ini terdiri atas lima sub bab, yaitu:
1.      Krisis Lingkungan Hidup
Pada sub bab ini dijelaskan mengenai krisis-krisis lingkungan hidup yang terjadi mencakup polusi udara, laut, sungai, dan tanah, kandungan racun dalam rantai makanan, penurunan sumber daya alam bumi, penipisan lapisan ozon, pemanasan global, kepunahan jenis-jenis flora dan fauna, hilangnya wilayah-wilayah alam liar, erosi lapisan atas tanah, desertifikasi, deforestasi, limbah nuklir dan krisis populasi. Jadi, yang dibahas adalah berbagai krisis yang terjadi pada lingkungan hidup.
2.      Tanggapan lingkungan dan tanggapan green
Tanggapan lingkungan hidup terhadap masalah-masalah ekologis memiliki dua ciri penting. Pertama, mereka berupaya memecahkan masalah-masalah spesifik dengan solusi-solusi yang diskrit. Jadi, masalah pemanasan global diatasi dengan mengurangi gas rumah kaca, masalah berkurangnya sumber daya dengan teknologi alternatif, masalah polusi dengan teknologi anti-polusi, masalah populasi dengan program keluarga berencana, masalah hilangnya alam liar dengan menciptakan kawasan lindung, masalah kepunahan jenis dengan program jenis langka dan seterusnya. Kedua, mencari solusi-solusi dalam orde sosial, ekonomi, dan politik yang ada saat ini.
Sebaliknya, tanggapan green terhadap masalah-masalah lingkungan hidup memakai pendekatan yang lebih mendasar atau radikal. Pendekatan tersebut melihat masalah-masalah lingkungan hidup sebagai sekadar gejala-gejala dari masalah mendasar yang lebih penting. Itu adalah konsekuensi dari suatu orde sosial, ekonomi, dan politik yang secara mencolok tidak berkelanjutan, dan karena itu adalah orde sosial, ekonomi, dan politik inilah yang harus diubah. Jadi, inti dari tanggapan lingkungan dan tanggapan green adalah menanggapi krisis lingkungan hidup.
3.      Tema-tema dalam analisis green
Ada beberapa tema dalam analisis green yaitu:
a.       Eko-sosialisme memiliki persepsi masalah utama atas kapitalisme. Solusi yang diusulkan adalah masyarakat sosialis.
b.      Eko-anarkhisme memiliki persepsi masalah utama hirarki, pemerintah, dan birokrasi. Solusi yang diusulkan adalah desentralisasi, kontrak lokal, dan tidak ada pemerintah pusat.
c.       Eko-feminisme memiliki masalah utama patriarki. Solusi yang diusulkan adalah revolusi feminis, menghargai atribut perempuan, dan mengakhiri penindasan gender.
d.      Eko-luddisme memiliki masalah utama teknologi. Solusi yang diusulkan adalah teknologi rendah berskala manusia, dan mengakhiri kemajuan teknologi yang tidak berakar.
e.       Anti-pertumbuhan memiliki masalah utama pada pertumbuhan (ekonomi, populasi, konsumsi, dll.).  solusi yang diusulkan adalah masyarakat tanpa pertumbuhan.
f.       Ekonomi alternatif memiliki persepsi atas masalah utama pada teori ekonomi konvensional. Solusi yang ditawarkan adalah ekonomi berkelanjutan, termasuk eksternalitas dan ekonomi yang terdesentralisasi.
g.      Kerja, waktu senggang dan etika kerja memilik persepsi masalah utama defenisi kerja, ketergantungan pada pasar tenaga kerja sebagai mekanisme distributif. Solusi yang diusulkan defenisi-defenisi baru dari kerja dan waktu senggang, serta jaminan pendapatan minimum.
h.      Pembangunan global memiliki persepsi utama pada dominasi dan eksploitasi atas dunia mayoritas oleh dunia minoritas, dan ketidaksetaraan global (pembangunan). Solusinya yaitu kesetaraan global dan pembangunan tepat guna.
i.        Eko-filosofi memiliki pandangan dunia yang antroposentris. Solusi utamanya yaitu pandangan dunia yang ekosentris.
j.        Pemikiran paradigma baru memiliki persepsi atas masalah pandangan dunia berpaham Newtonian. Solusi yang ditawarkan adalah holistis, paradigma sistematis Cartesian, dan berpikir linier.
4.      Suatu perspektif ekologis
Perspektif ekologis ini digunakan sebagai tema pemersatu empat prinsip ekologi yaitu holisme, keberlanjutan, keanekaragaman, dan keseimbangan. Holisme memiliki konsekuensi filosofi ekosentris menghormati kehidupan dan alam. Menolak solusi linier perubahan organik. Keberlanjutan memiliki konsekuensi keonservasi mengurangi konsumsi, ekonomi tanpa pertumbuhan, membatasi perkembangan teknologi, antikapitalis. Keanekaragaman menghargai perbedaan, tidak ada jawaban tunggal, desentralisasi, komunikasi jejaring dan lateral, teknologi tingkat rendah. Keseimbangan antara global/lokal/Yin/Yang/Gender hak/tanggung jawab/perdamaian dan koperasi.
Inti dari pembahasan ini adalah dalam pengembangan masyarakat harus menghormati kehidupan alam sekitarnya.



BAB III.  LANDASAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU PERSPEKTIF KEADILAN SOSIAL DAN HAK AZASI MANUSIA
Bab ini membahas suatu perspektif keadilan sosial dan hak asasi manusia yang dijadikan sebagai landasan pengembangan masyarakat. Dijelaskan pula bahwa dalam mengembangkan masyarakat harus berkeadilan sosial dan memenuhi hak-hak masyarakat tersebut. Terdapat empat komponen kunci dari pendekatan keadilan sosial dan HAM kepada kerja masyarakat, keadaan yang merugikan, hak-hak, pemberdayaan dan kebutuhan. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri. Jelas terlihat, tiap-tiap komponen relevan bagi yang lainnya dan terdapat berbagai kaitan yang jelas. Misalnya, kebutuhan dan hak, dan pemberdayaan, serta struktur-struktur yang merugikan.

BAB IV. EKOLOGi, KEADILAN SOSIAL DAN HAM: SUATU VISI UNTUK PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pada bagian ini menjelaskan dan memadukan pembahasan dari bab II dan bab III. Yang mana pada sub babnya, yaitu mempertanyakan mengapa setiap perspektif tidak cukup tanpa yang lainnya. Di sini dijelaskan bahwa dalam pengembangan masyarakat masing-masing perspektif saling mengkritik satu dengan yang lainnya. Janji integrasi, masing-masing perspektif ekologi, keadilan sosial dan HAM saling berintegrasi untuk mengembangkan masyarakat. Maka lahirlah sebuah konsep-konsep yaitu keberlanjutan sosial, memadukan yang sosial dan non sosial, kesetaraan antar genarasi, keadilan global, keadilan ekosentris, hak lingkungan hidup, kewajiban-kewajiban global, dan lingkungan hidup. Konsep-konsep tersebut digunakan dalam komunitas untuk pengembangan sebagai layanan kemanusiaan berbasis masyarakat yang menjadi suatu visi alternatif.

BAB V. PERUBAHAN DARI BAWAH
Yang dimaksud dalam bab ini adalah terjadinya perubahan bukan dari atas ke bawah, melainkan perubahan yang berdasar pada masyarakat grass root dalam kata lain perubahan dari bawah. Tidak hanya itu, juga dijelaskan cara terjadinya perubahan dari bawah tersebut. Seorang pekerja masyarakat yang ingin melakukan sebuah perubahan dari bawah harus memenuhi berbagai syarat yaitu menghargai pengetahuan lokal, menghargai kebudayaan lokal, menghargai keterampilan lokal, mampu bekerja dalam solidaritas yang tidak hanya mementingkan pengetahuan diri sendiri. Jika ingin melakukan sebuah perubahan dari bawah perlu pengetahuan awal mengenai landasan ideologis dan teoretis sebagai dasar dalam melakukan perubahan tersebut. Beberapa landasan idelogis dan teoretis tersebut adalah pluralisme, sosialisme domokratis, anarkhisme, post-kolonialisme, post-modernisme, dan feminisme.

BAB VI.  PARTISIPASI
Bab VI ini menjelaskan konsep partisipasi dalam pengembangan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan sebuah partisipasi adalah demokrasi. Demokrasi partisipatif ini memiliki empat karakteristik yaitu desentralisasi, akuntabilitas, pendidikan, dan kewajiban. Tetapi menurut penulis yang paling utama adalah membangun kesadaran terlebih dahulu melalui pendidikan. Di samping itu, terdapat pula demokrasi deliberatif. Demokrasi liberatif ini berupaya mencari peran bagi masyarakat dalam mendefinisikan parameter-parameter permasalahan, dan tidak menempatkan pemerintah sebagai pakar yang memiliki pengetahuan dan kebijakan yang superior. Jadi, demokrasi liberatif merupakan penggabungan dari pemerintah dan masyarakat untuk memecahkan sebuah permasalahan secara partisipatif.
Permasalahan yang biasa terjadi dalam konteks partisipasi adalah adanya tokenisme. Tokenisme diartikan sebagai masyarakat yang diminta konsultasinya atau diberi informasi mengenai suatu keputusan, tetapi sebenarnya mereka hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan tersebut. Jadi, pada intinya adalah perubahan dari bawah berada pada jantung pengembangan masyarakat dan partisipasi menghidupkan konsep ini.

BAB VII. PROSES PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pengembangan masyarakat sejatinya merupakan proses. Dalam mengevaluasi proyek pengembangan masyarakat siapa pun harus melihat proses, dan dalam merencanakan serta menerapkan program pengembangan masyarakat apapun senantiasa merupakan proses bukan hasil yang harus dipertimbangkan mendalam. Orang-orang yang menekankan pada pernyataan hasil perlu menyadari bahwa untuk pengembangan masyarakat proses yang baik merupakan hasil terpenting yang dapat dicapai. Proses yang baik akan mendorong masyarakat untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan tetap menguasai perjalanan selain tujuan akhir. Pengembangan masyarakat perlu mengupayakan pembentukan cara berpikir yang menghargai saling interaksi di antara masyarakat, menghargai kualitas pengalam kolektif, dan memaksimalkan potensi mereka dan mencapai pri kemanusiaan mereka secara utuh melalui pengalaman proses masyarakat.


BAB VIII. GLOBAL DAN LOKAL
Pada bab ini, seorang pekerja masyarakat harus mampu memahami isu-isu global dan juga dapat menjawab perubahan global dengan berpikir global, tetapi bertindak lokal. Dan seorang pekerja masyarakat dalam mengembangkan masyarakat mampu menguasai persoalan-persoalan global untuk perubahan secara lokal. Dengan kemajuan globalisasi, ekonomi global, komunikasi global, dan lalu lintas dunia global, gagasan bahwa kita tinggal di satu dunia menjadi sangat penting dalam semua bidang termasuk pengembangan masyarakat. Dalam dunia global, praktik pengembangan masyarakat tidak dapat mengabaikan isu global, bagaimanapun perhatian global harus ditampakkan. Kekuatan-kekuatan global memengaruhi semua masyarakat, dan merupakan faktor pendukung atas persoalan dan isu yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, dalam memahami suatu masyarakat, seorang pekerja masyarakat harus mampu memahami global maupun lokal, dan bagaimana keduanya saling memengaruhi/berinteraksi. Menerapkan secara lokal dan global merupakan tantangan besar bagi para pekerja masyarakat. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan globalisasi dari bawah, mencoba untuk merekonstruksi agenda globalisasi untuk kepentingan orang-orang dan masyarakat pada umumnya, dan menghubungkan mereka dengan aksi akar rumput global untuk perubahan. Poin penting bagi pekerja masyarakat adalah selalu menyadari hubungan antara lokal dan global, dan menyelidiki cara-cara dapat menghubungkan masyarakat dengan gerakan global untuk perubahan.

BAB IX. PENGEMBANGAN MASYARAKAT TERPADU
Pengembangan masyarakt terpadu terdiri atas enam dimensi, tetapi pada bab ini hanya membahas tiga dimensi saja. Pertama, dimensi pengembangan sosial yang lebih fokus pada pengembangan pelayanan, balai masyarakat, perencanaan sosial, dan semangat sosial. Kesemuanya itu, berfokus pada sosial masyarakat. Kedua, pengembangan ekonomi. Dalam pengembangan masyarakat tidak hanya berfokus pada sosialnya, tetapi juga pada peningkatan ekonominya. Ketiga, pengembangan politik terdiri atas dua yaitu pengembangan politik internal dan eksternal. Pengembangan politik internal membahas mengenai peningkatan kesadaran dan pengorganisasian. Jadi, tataran perubahan itu masih dalam lingkup dalam masyarakat. Pengembangan politik eksternal terdiri dari pengorganisasian dan aksi sosial. Jadi, tataran perubahan yang terjadi dalam masyarakat melalui sebuah tindakan nyata untuk mengungkapkan permasalahan yang terjadi dalam pengembangan masyarakat itu sendiri.
   
BAB X. PENGEMBANGAN MASYARAKAT: PENGEMBANGAN BUDAYA, LINGKUNGAN, PERSONAL/SPIRITUAL
Bab ini merupakan lanjutan dari bab IX yaitu berkaitan dengan pengembangan masyarakat yang terpadu. Keempat, pengembangan budaya dilakukan dengan melestarikan dan menghargai kebudayaan lokal, melestarikan dan menghargai budaya asli, multikulturalisme, dan budaya partisipatif. Kelima, pengembangan lingkungan sebagaimana yang telah dibahas pada bab II bahwa pengembangan masyarakat tetap memperhatikan kondisi lingkungan alam yang ada disekitarnya sehingga tidak melahirkan permasalahan lingkungan. Keenam, pengembangan personal dan spiritual. Masyarakat adalah bagian dari individu maka segala pembahasan mengenai pengembangan masyarakat telah mencakup pula pengembangan personal. Untuk pengembangan spiritual merupakan dimensi yang sangat penting untuk pengembangan masyarakat, rasa akan kesakralan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual termasuk bagian penting dari pembentukan kembali masyarakat manusia dan memberikan makna, serta tujuan kehidupan manusia. Keenam dimensi tersebut sangat diperlukan dalam pembangunan yang seimbang.

BAB XI. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DALAM PRAKTIK
Bab ini memusatkan pada identifikasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat melampaui kondisi lokal dan oleh karenanya mengarahkan praktik seseorang pada level yang lebih umum. Prinsip-prinsip tersebut dikelompokkan menurut pembahasan pada bab II, III, V, VI, dan VII. Prinsip-prinsip ekologis terdiri dari prinsip holisme, keberlanjutan, keanekaragaman, perkembangan organik, perkembangan yang seimbang. Prinsip keadilan sosial dan HAM terdiri mengatasi struktur yang merugikan, mengatasi wacana-wacana yang merugikan, pemberdayaan, hak asasi manusia, dan definisi kebutuhan. Prinsip menghargai yang lokal terdiri dari menghargai pengetahuan lokal, menghargai kebudayaan lokal, mengahargai sumber daya lokal, mengahrgai keterampilan masyarakat lokal, mengahrgai proses lokal, dan partisipasi. Prinsip-prinsip proses terdiri dari proses, hasil, dan visi. Integritas proses, menumbuhkan kesadaran, kerja sama dan konsensus, langkah pembangunan, perdamaian dan anti kekerasan, inklusifitas, dan membangun masyarakat. Prinsip-prinsip global dan lokal yaitu, menghubungkan yang global dan lokal, dan praktik anti-kolonialis  

BAB XII. PERAN DAN KETERAMPILAN
Dalam bagian ini dijelaskan menganai peran dan keterampilan yang harus dimiliki oleh pekerja masyarakat. Wilayah teknis dari pengembangan masyarakat dan dimulai dengan masalah buku panduan yang digunakan, kompetensi yang digunakan, dan mampu mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik, teori, repleksi, dan praksis. Beberapa peran dan keterampilan yang harus dipahami, yaitu peran dan keterampilan memfasilitasi: 1) memfasilitasi semangat sosial, 2) mediasi dan negosiasi, 3) dukungan, 4) membangun konsensus, 5) fasilitasi kelompok, 6) pemanfaatan berbagai keterampilan dan sumber daya, 7) mengorganisasi, dan 8) komunikasi pribadi.
Peran dan keterampilan mendidik: 1) Peningkatan kesadaran, 2) Memberikan informasi, 3) Konfrontasi, dan 4) Pelatihan. Peran dan keterampilan representasi: 1) Memperoleh berbagai sumber daya, 2) advokasi, 3) menggunakan media, 4) humas dan presntasi publik, 5) jaringan kerja (networking), 6) berbagi pengetahuan dan pengalaman. Berbagai peran dan keterampialan teknis: 1) penelitian, 2) menggunakan komputer, 3) presentasi verbal dan tertulis, 4) manajemen, dan 5) pengaturan keuangan. Untuk memahami semua itu, dibutuhkan neds assesment dan evaluasi. Ketika menemukan sebuah permasalahan maka dibutuhkan pengembangan berbagai keterampilan dengan cara menganalisis penyadaran, pengalaman, belajar dari orang lain, dan intuisi.

BAB XIII. ISU-ISU PRAKTIS
Adapun yang menjadi pembahasan yaitu isu-isu praktis yang terjadi dalam sebuah masyarakat, seperti isu-isu pekerja masayarakat yang terdiri dari pekerja masyarakat yang dipekerjakan, pekerja sektoral yang dipekerjakan, profesional berfokus masyarakat, aktivis yang dipekerjakan, dan aktivis masyarakat yang tidak dibayar. Isu praktis mengenai nilai dan etika yang dibahas adalah nilai-nilai pribadi, pemaksaan atas berbagai nilai, dan berbagai dilema moral dan etika. Isu selanjutnya mengenai profesionalisme, pendidikan dan pelatihan, penggunaan dan penyalahgunaan kekuasaan, kerja masyarakat internal dan eksternal, komitmen jangka panjang. Untuk menggapi isu praktis tersebut dibuthkan sebuah dukungan (support) dari para majikan atau atasan, teman sekerja, pekerja dalam berbagai masyarakat yang lain, anggota komuniatas, berbagai jaringan kerja aktivis, dan berbagai jaringan kerja pribadi.

Gairah, visi dan harapan, pengetahuan teknis, keterampilan, dan keahlian merupakan hal penting. Namun, semua hal itu tidaklah cukup. Para pekerja masyarakat yang baik harus memiliki gairah, sebuah komitmen, sebuah antusiasme yang nyata bagi kerja mereka, dan sesuatu yang mengendalikan mereka untuk aktif. Para pekerja masyarakat tidak akan melihat kerja mereka sebagai sekadar sebuah pekerjaan. Namun, sebagai sesuatu yang pada hakikatnya penting, tindakan yang baik, dan bagian dari membuat dunia menjadi sebuah tempat yang lebih baik.  

2 comments:

  1. Subhanallah......... saya membacanya saja belum khatam. ternyata sudah ada yang bergerak samapai merangkum, JIOZ MAS

    ReplyDelete