Thursday, November 5, 2015

FILSAFAT PENDIDIKAN SOSIAL

Filsafat pendidikan sosial merupakan nama lain dari filsafat pendidikan luar sekolah atau sekarang disebut dengan filsafat pendidikan non formal. Filsafat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari esensi atau pokok pangkal dari sesuatu, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, dan penambah pendidikan formal (UU RI No. 20 Tahun 2003). Akan tetapi, penulis memahami bahwa esensi/subtansi pendidikan non formal adalah pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat. Penulis juga menyadari bahwa mata kuliah filsafat pendidikan non formal merupakan satu bagian yang terkait dengan mata kuliah pada semester satu, yaitu filsafat ilmu. Sebagaimana filsafat ilmu membahas secara umum hakikat dari ilmu dan filsafat pendidikan non formal dan membahas khusus hakikat pendidikan itu sendiri yang notabenenya pendidikan merupakan bagian dari ilmu.







1.      Buatlah refleksi filosofis Saudara tentang:
a.     Landasan ontologis filsafat pendidikan pendidikan sosial atau non formal
Jawaban:
Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang sangat terbatas pada panca indra. Landasan ontologis filsafat pendidikan non formal adalah pendidikan untuk semua. Pendidikan untuk semua dikategorikan sebagai landasan ontologis pendidikan non formal karena penulis merasa bahwa pendidikan sekolah belum mampu untuk menjawab permasalahan pendidikan di belahan dunia dan khususnya di Indonesia.
b.    Landasan epistemologis filsafat pendidikan sosial atau non formal
Jawaban:
Epistemologis membahas proses dan cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Adapun landasan epistemologis filsafat pendidikan non formal adalah fleksibel, kontekstual dan fungsional. Fleksibel berarti luwes, kontekstual berarti berhubungan dengan konteksnya, dan fungsional yang berarti sesuai dengan fungsi atau pendidikan yang memiliki arti dan makna bagi masyarakat.




c.     Landasan aksiologis/nilai filsafat pendidikan sosial atau non formal
Jawaban:
Aksiologis membahas tentang nilai, manfaat, dan tujuan. Penulis juga memahami  bahwa aksilogis membahas lebih dalam berkaitan dengan untuk apa pendidikan non formal tersebut? Pendidikan non formal bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penuntasan kemiskinan, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan untuk keberlangsungan hidupnya serta pemenuhan hak sebagai manusia paripurna. Peningkatan kesejahteraan masyarakat akan terjadi jika masyarakat tersebut memperoleh pengetahuan sehingga menjadi sadar dan mampu untuk memahami kebutuhannya.

2.      Buatlah suatu analisis apakah praktik pendidikan sosial di Indonesia telah sesuai dengan landasan filsafati sebagaimana yang diidealkan oleh Saudara. Berikan satu contoh kasus untuk analisis yang Saudara lakukan.
Jawaban:
Dalam praktiknya pendidikan non formal masih jauh dari apa yang diharapkan. Paradigma sebagian besar masyarakat masih memandang bahwa pendidikan sebenarnya adalah pendidikan formal (sekolah). Hal pertama yang perlu dilakukan adalah  mengubah mindset masyarakat tersebut. Sebagaimana yang kita pahami bahwa pendidikan bukan hanya pendidikan formal (sekolah), tetapi masih ada pendidikan informal dan non formal yang lebih luas memaknai permasalahan bangsa Indonesia. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 10 yang menjelaskan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non fomal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dari situ sudah jelas akan hal tersebut. Akan tetapi, di lain pihak, pemerintah masih memandang sebelah mata pendidikan non formal dan informal. Terbukti, dengan usaha pemerintahan Bapak Jokowi-JK yang sebelumnya ingin mengubah nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menurut penulis sudah dapat mewakili direktorat-direktorat yang ada di dalamnya seperti pendidikan dasar, menengah, anak usia dini, non formal dan informal. Malah, di ganti dengan nama Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah yang hanya mewakili tiga direktorat saja. Hal itu mengindikasikan bahwa pemerintah hanya ingin memfokuskan pendidikan pada sektor formal saja. Padahal jika memahami permasalahan pendidikan yang kompleks ini dan belajar pada negara-negara maju maka perlu adanya sinergitas antara pendidikan formal, non formal dan informal. Kasus tersebut dapat dipahami bahwa kurang pahamnya pemerintah mengenai esensi dan subtansi dari pendidikan itu sendiri. Dan sampai hari ini penulis masih sering mendengar dari media cetak maupun elektronik penyebutan nama Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Dari analisis kasus tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa praktik pendidikan non formal belum sesuai dengan landasan filsafati karena masalah asumsi dasar dari pendidikan yang belum terpahamkan oleh masyarakat dan pemerintah. Harapannya, semoga pendidikan non formal lebih diperhatikan lagi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat luas. Sebagaimana negara-negara maju di Eropa dan Amerika yang menyederajatkan antara pendidikan formal, non formal dan informal. Selain itu, penulis juga menganalisis implementasi pendidikan non formal di masyarakat yang sampai hari ini masih konsisten menjadi pelengkap dari pendidikan formal. Contohnya, kursus bahasa Inggris yang notabenenya dikelola oleh lembaga pendidikan non formal masih sangat menarik di mata masyarakat. Itu dikarenakan, masyarakat belum mendapatkan pengetahuan lebih mengenai pendidikan bahasa Inggris di sekolah sehingga solusinya adalah belajar melalui pendidikan non formal. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendidikan non formal sangat menentukan kualitas manusia di Indonesia.   


3.      a. Buatlah perbandingan antara ide-ide pokok progresivisme dan rekonstruksionisme  dalam pendidikan.
Jawaban:
Ide pokok progresivisme:
1)      Progresivisme berakar pada pragmatisme.
2)      Sasaran pendidikan ialah meningkatkan kecerdasan praktis (kompetensi) dalam rangka efektifitas pemecahan masalah yang disajikan melalui pengalaman.
3)      Nilai bersifat relatif, terutama nilai duniawi, menjelajah, aktif, evolusioner, dan konsekuensi perilaku.
4)      Bersifat evolusioner dengan gaya liberalistik.
5)      Pendidikan adalah proses perkembangan, sehingga seseorang pendidik meski selalu siap untuk senantiasa memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam pengayaan ilmu pengetahuan terbaru.
6)      Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa.
7)      Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan kearah kemajuan
8)      Belajar melakukan pemecahan masalah
Ide pokok rekonstruksionisme
1)      Suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
2)      Menjadikan masyarakat sebagai agen perubahan sosial melalui pendidikan.
3)      Peserta didik diajarkan untuk berpikir kritis dari akar guna merombak susunan pendidikan yang baru.
4)      Anak, sekolah dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
5)      Bersifat revolusioner, menuju kehidupan yang sejahtera pada kurun waktu tertentu.
b. Apa ide-ide dari rekonstruksionisme yang relevan bagi pengembangan filsafat pendidikan sosial di Indonesia? Jelaskan!
Jawaban:
Beberapa ide yang telah disebutkan. Penulis memilih beberapa ide yang kiranya urgen dan sangat relevan bagi pengembangan filsafat pendidikan non formal di Indonesia, yaitu pada konteks anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri, dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Jadi mereka harus memahami kebudayaan mereka masing-masing, sehingga mereka akan saling menghargai. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah penduduk ± 230.000.000.000 jiwa yang terdiri dari 1128 suku, 746 bahasa dan beberapa kepercayaan. Hal tersebut jika dimaknai secara positif maka akan menjadi suatu kekayaan bangsa yang tidak dimiliki oleh negara lain. Akan tetapi, keberagaman budaya, suku, agama juga dapat menimbulkan sisi negatif jika tidak ditanggapi secara dewasa. Kondisi realitas Indonesia hari ini adalah masih banyaknya konflik horizontal yang terjadi, seperti konflik antaragama yang terjadi di Maluku dan Poso dan konflik antarsuku Madura dan Dayak di Kalimantan dan berbagai konflik horizontal lainnya. Realitas ini menjelaskan bahwa masih adanya pemahaman di masyarakat akan primordialisme terhadap suku dan agamanya masing-masing sehingga menganggap suku atau agama lain rendah di mata mereka. Persoalan tersebut dapat dihindari ketika pemahaman tentang kebinekaan dan toleransi terus dijunjung tinggi. Hal demikian dapat terlaksana melalui pendekatan aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme. Contohnya, jika masyarakat dibelajarkan keaksaraan fungsional di PKBM perlu diterapkan juga pemahaman menghargai kebudayaan orang lain dan sekaligus menyampaikan bahwa di negara Indonesia ini begitu banyak suku, agama, ras, dan antar golongan akan tetapi harus tetap memperioritaskan persatuan dan kesatuan Indonesia dan menjunjung tinggi toleransi terhadap seseorang.

4.      Ada lima aliran filsafat pendidikan yang dikenal dalam pendidikan non formal, yaitu aliran humanis, behavioris, liberalis, progresivis, dan radikal. Menurut Saudara, aliran filsafat mana yang tepat diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia? Jelaskan!
Jawaban:
Menurut penulis, aliran filsafat pendidikan yang tepat diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia adalah aliran progresivisme. Mengapa? Karena sebagaimana yang dipahami dalam konteks negara Indonesia bahwa pola atau cara menerapkan pendidikan non formal yang baik harus lebih bersifat fleksibel, kontekstual dan fungsional. Jadi, yang diajarkan kepada masyarakat adalah apa yang bermanfaat bagi mereka. Misalnya, kita mengajari keterampilan memancing di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang kita ketahui bahwa daerah tersebut merupakan derah pegunungan, maka hal tersebut tidak akan bermanfaat dan tidak kontekstual dengan permasalahan masyarakat. Begitupun dengan manfaat aliran progresivisme ini, mampu untuk menjadikan masyarakat menjadi berpikir maju serta dapat menganalisis kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang dapat meningkatkan segi ekonominya seperti mengelola desa agraris menjadi desa wisata yang secara tidak langsung dapat meningkatkan penghasilan dari masyarakat tersebut. Olehnya itu, diperlukan pemahaman mendalam mengenai aliran ini.

5.      Apa kelemahan dan kelebihan dari filsafat pendidikan behaviorisme? Apakah ada ide-ide filsafat behaviorisme yang diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia? Jelaskan pendapat Saudara disertai contoh-contohnya.
Jawaban:
Kelemahan filsafat pendidikan behaviorisme:
1)      Tidak mampu menjelaskan proses pendidikan yang kompleks. Terfokus pada satu tujuan.
2)      Kurang dapat menjelaskan adanya variasi emosi warga belajar.
3)      Warga belajar menjadii kurang kreatif karena proses pendidikan bersifat kaku.
4)      Pendidik dan peserta didik (warga belajar) melakukan interaksi yang bersifat paternalistik
Kelebihan Filsafat pendidikan behaviorisme
1)      Menekankan pada perubahan perilaku sehingga menjadikan manusia sebagai manusia yang mengikuti norma yang ada.
2)      Warga belajar memiliki semangat yang tinggi karena adanya reward dari pendidik sehingga warga belajar termotivasi untuk melakukan yang terbaik.
3)      Memiliki kurikulum yang jelas mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi sehingga proses belajar termanajemen dengan baik.
4)      Aliran pendidikan yang berusaha untuk tetap mempertahankan adat istiadat, norma-norma, dan kebudayaan yang termanifestasikan melalui tingkah laku.


Ide-ide filsafat behaviorisme yang diterapkan dalam pendidikan non formal di Indonesia yaitu mengenai perubahan tingkah laku warga belajar dalam menghadapi berbagai wujud perubahan di zaman modernisasi saat ini. Perubahan tingkah laku merupakan hal utama yang harus diubah. Banyak orang yang dikategorikan cerdas secara intelektual akan tetapi secara emosional/ tingkah lakunya masih sangat meresahkan masyarakat. Terbukti dari beberapa kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Orang yang terjerat kasus korupsi adalah rata-rata orang yang secara stratifikasi sosial dan pendidikan menengah ke atas atau dikategorikan cerdas secara intelektual. Namun, realitasnya kecerdasan intelektual tidak mampu menjamin seseorang untuk tidak malakukan perbuatan yang menyimpan dari norma masyarakat. Hal tersebut sudah membudaya di negara ini. Sebagai generasi muda, kita harus mampu untuk tidak mengikuti tingkah laku (behavioris) yang menyimpang dari pejabat negara tersebut. Salah satu solusinya yaitu dengan pendekatan pendidikan non formal yang mencakup segala proses pendidikan yang terlaksana di luar dari pendidikan formal. Mulai dari keluarga, masyarakat, sahabat, lembaga masyarakat, media dan hal lainnya yang terkait dengan pendidikan non formal. Ide yang lain mengenai adanya reward atau stimulus dari pendidik. Dari situ,  warga belajar terstimulus dan termotivasi untuk berprestasi dan melakukan yang terbaik. Misalnya, dalam konteks pendidikan kesetaraan paket A, B, maupun C. Warga belajar distimulus oleh ijazah paket tersebut sehingga termotivasi untuk mendapatkan hal tersebut. Di lain pihak, dalam konteks pendidikan formal, penulis memahami bahwa aliran behavioris masih sangat berpengaruh besar. Terbukti dalam situasi pendidikan yang selalu menerapkan sistem cumlaude dan peringkat siswa sehingga siswa termotivasi dengan stimulus tersebut. Bukan hanya kasus-kasus dia tas, masih ada beberapa ide-ide yang lain yang sangat relevan di dunia pendidikan saat ini.  

No comments:

Post a Comment