A.Ismail Lukman,
S. Pd
Pendahuluan
Dalam konteks
pemberantasan buta
aksara diperlukan metode khusus dalam pembelajaran keaksaraan. Media
dipandang sebagai alat atau sarana pembelajaran yang memainkan
peran dalam menyampaikan
materi-materi keaksaraan. Inovasi media
pembelajaran menjadi kunci keberhasilan program keaksaraan, salah
satunya dengan
pemanfaatan media “lagu aksara” sebagai
bentuk pengembangan
media
audio
visual.
Keaksaraan menjadi
permasalahan tersendiri bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia.
Buta
aksara merupakan salah salah satu bentuk ketertinggalan yang menjadi persoalan,
dimana
masyarakat yang mengalaminya tidak memiliki daya guna
sama
sekali. Semua
masyarakat ingin menempati
posisi teratas dan menjadi nomor
satu di
tempat dia berada. Namun, masyarakat yang
mengalami buta aksara sangat jauh dari impian
tersebut, tempat terbawah dan menjadi pekerja kasar merupakan tempat yang mau tidak
mau akan menjadi tempatnya.
Pendidikan keaksaraan merupakan salah satu jenis pendidikan yang
dilakukan sebagai suatu proses yang menuntut warga belajarnya untuk mampu menguasai rana pendidikan
yaitu membaca, menulis,
dan berhitung (calistung).
Jenis pendidikan
ini termasuk dalam bagian jenis
pendidikan nonformal, sebab diselenggarakan di
luar lingkungan
dan aturan yang memang ditentukan pendidikan
formal.
Ada
permasalahan yang terjadi pada masyarakat yang kemudian disebut sebagai warga belajar yaitu (1) Ketidakmampuan secara ekonomi menjadi sebab warga belajar tidak
mengenyam pendidikan formal, sehingga warga belajar mengalami buta aksara, (2)
Pembelajaran keaksaraan selama ini
bersifat kaku dan kurang dapat mentransfer materi-
materi pengajaran, sehingga
berdampak pada kurangnya kemampuan warga
belajar dalam membaca
berkenaan dengan pengenalan atau
penyebutan huruf, (3) Media pembelajaran audio visual berbentuk “lagu aksara” dianggap perlu diterapkan dalam pembelajaran keaksaraan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan warga belajar
dalam calistung.
Media
Audio Visual dalam hal ini lagu aksara
dirasakan dapat menambah efektivitas
komunikasi dan interaksi antara
tutor dan warga belajar. Penggunaan media lagu harus
sejalan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Media pembelajaran audio-
visual adalah media yang
membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran.
Lagu merupakan sebuah teks yang dinyanyikan. Lagu berasal dari sebuah karya tertulis
yang diperdengarkan
dengan iringan musik.
Mendengarkan lagu
memberikan efek
sedih, senang, bersemangat, dan perasaan emosi lain. Selain itu, lagu mampu
menyediakan sarana ucapan yang secara tidak sadar disimpan dalam memori di otak.
Keadaan ini yang justru
menjadikan proses pembelajaran
menjadi
tidak
kaku, dan
terkesan dikondisikan, yang
kadang
dalam beberapa hal tidak disenangi oleh siswa.
Melihat keuntungan tersebut, lagu memberikan keuntungan tersendiri bagi pengajaran pengucapan, sehingga hasilnya dianggap
lebih efektif.
Acuan
Teori
Pendidikan
keaksaaran sangat
berperan
penting dalam
perkembangan
pendidikan
karena berfungsi untuk meningkatkan mutu masyarakat terutama yang
berkaitan dengan pendidikan
itu
sendiri. Pendidikan
keaksaraan adalah suatu bentuk layanan pendidikan
nonformal bagi masyarakat yang belum dan ingin memiliki kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung (calistung), yang
bersifat fungsional bagi kehidupannya,
ditambahkan pula oleh Amri (2010: 85) yang menyatakan bahwa:
Pendekatan yang
harus digunakan dalam penyelenggaraan keaksaraan meliputi:
(1) mengembangkan kemampuan calistung dengan menekankan pada kemampuan menulis, membaca, dan berhitung, (2) menekankan keterlibatan
warga belajar secara
aktif dan kreatif, (3)
membangun pengetahuan, pengalaman dengan memperhatikan tradisi lisan warga
belajar (bahasa
ibu) dan keaksaraan lain,
(4) dalam mengajar mengutamakan bahan belajar yang digali dari
lingkungan hidup warga belajar yang
memiliki karakteristik beragam, (5) proses
pembelajaran harus didesain agar
responsive dan relevan dengan konteks
sosial- kultural warga belajar.
Dalam konteks
pengembangan kemampuan calistung dalam pembelajaran keaksaraan, maka diperlukan pengetahuan dasar
mengenai menulis dan membaca. Perihal tersebut,
pengenalan awal dapat dilakukan dengan menjelaskan mengenai huruf dan tanda atau
simbol-simbol aksara. Seperti yang
dikemukakan oleh Alwi (2007: 413) yang
menjelaskan bahwa
huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang
melambangkan bunyi bahasa. Lebih lanjut, menurut waridah (2009: 4)
menyebutkan bahwa pemakaian
huruf
dibedakan menjadi 4 macam jenis huruf, yaitu
(1) Huruf vokal (a,i,u,e,o), (2) Huruf Konsonan, (3) Huruf diftong (ai,au,oi), dan (4)
Gabungan huruf konsonan (kh,ng, ny,sy).
Pembelajaran keaksaraan yang di dalamnya terdapat materi-materi calistung harus
dipahami mengenai cara penyampaiannya kepada masyarakat yang masih buta aksara atau
dalam hal
ini
disebut
warga belajar. Penyampaian materi-materi
calistung
dilakukan mulai dari materi paling dasar, yaitu pengenalan abjad (alfabet). Sarana untuk
menyampaikan materi tersebut dilakukan melalui media yang disebut
media pembelajaran.
Arsyad (2011) menjelaskan bahwa media berasal dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah
berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam bahasa
Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Ditambah pula oleh
Gerlach dan Ely
(dalam Arsyad, 1971) yang mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun
kondisi yang membuat warga belajar mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau
sikap.
Dalam pengertian
ini, tutor, buku
teks,
dan lingkungan
sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus, media dalam proses belajar mengajar cenderung
diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis
untuk
menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media
dalam proses belajar mengajar juga
harus disesuaikan dengan tujuan instruksional dan sasaran pengguna media. Selain
itu,
penerapan media
dalam proses belajar mengajar harus dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan
minat, membangkitkan
motivasi dan rangsangan dalam
proses
belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi warga belajar. Salah satu media yang memiliki muatan
tersebut yaitu media
lagu.
Suharto
(dalam Wardah, 2005:37) mengungkapkan bahwa lagu adalah sarana
informasi dan edukasi bagi negara dan
bagi
masyarakat. Sebagai sarana
informasi,
lagu sebagai sarana penyampaian ungkapan
hati atau
ungkapan
perasaan seorang penyair kepada
pendengar. Lebih lanjut, Gustiani (2006: 32)
mengemukakan
kelebihan dari
media lagu adalah pertama bisa diputar berulang-ulang sesuai kebutuhan siswa, kedua lagu dapat dihapus dan digunakan kembali, ketiga mampu
mengembangkan
imajinasi siswa, keempat sangat efektif untuk pembelajaran
bahasa,
kelima penggandaann programnya
sangat
mudah sehingga
bisa diberikan kepada setiap anak didik.
Dalam pengaplikasiannya, media lagu yang
berbentuk audio dikolaborasikan dengan media
visual, dimana tampilan teks yang
berisi materi pengenalan huruf (aksara) dapat ditayangkan melalui layar
proyektor.
Model Konseptual
Berdasarkan acuan teori dan permasalahan yang ditemui di lapangan maka dapat
diajukan model konseptual terkait keaksaraan yang
berupa model pembelajaran keaksaraan
menggunakan media
“lagu aksara”.
Model pembelajaran keaksaraan ini ditujukan bagi masyarakat (warga
belajar) sebagai
sasaran dengan rentang
usia
di atas 15 tahun yang masih berkeaksaraan rendah. Hal ini didasarkan pada persoalan yang
masih membelit terkait rendahnya keberaksaraan yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat. Program keaksaraan yang
sudah berlangsung
dirasa masih belum
mumpuni (ampuh)
untuk
mengentaskan
masyarakat
dari buta aksara. Pembelajaran keaksaraan yang
terkesan kaku dirasakan menjadi sebab utama rendahnya kualitas pembelajaran. Hadirnya media
“lagu aksara” sebagai wujud pengembangan dari media pembelajaran audio-visual berkontribusi besar
dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran keaksaraan menggunakan media
“lagu aksara”
terdiri dari 3 tahapan, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3)
evaluasi.
Tahap perencanaan lebih
kepada persiapan, seperti halnya
pada pembelajaran umumnya, tahap persiapan
merupakan tahap awal
untuk mempersiapkan beberapa elemen.
Elemen
tersebut
antara
lain; tujuan, materi, alat, sasaran
dan
evaluasi. Tahap kedua,
tahap pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari tahap perencanaan yang terdiri atas materi dan metode.
Materi pada tahap pelaksanaan merupakan pengembangan materi pada tahap
perencanaan yang sudah mengalami transformasi menjadi bentuk visual yang siap ditayangkan melalui layar
proyektor. Materi tersebut berbentuk lirik “lagu aksara” yang memuat
huruf-huruf (alfabet).
Tahap lanjut dari pelaksanaan mengarah pada isi model yang memiliki 5 alur secara berurutan. Pertama, pengantar (introduction) merupakan bagian awal sebagai bentuk pengenalan dan pembuka
pembelajaran keaksaraan menggunakan media “lagu aksara”.
Warga belajar akan diberikan arahan
selama 10 menit
untuk memahami dan dapat melaksanakan pembelajaran
keaksaraan
sesuai alur pembelajaran dengan media “lagu aksara”. Kedua, penayangan (performance)
“lagu aksara” menggunakan alat yang meliputi proyektor dan gitar selama
15 menit. Penayangan “lagu aksara”
dilakukan oleh
instruktur atau tutor sebagai operator
dalam menyampaikan materi keaksaraan dalam bentuk nyanyian. Proyektor berfungsi sebagai alat
untuk menayangkan materi
keaksaraan yang berbentuk lirik lagu dan gitar berfungsi
sebagai alat musik untuk mengiringi lagu. Ketiga, latihan (practice), warga belajar akan mendapat panduan dari
instruktur atau tutor untuk mempraktikkan materi keaksaraan yang sudah ditayangkan
dengan alokasi waktu 25
menit. Keempat, uji kemampuan
(test performance), warga
belajar setelah melampaui tahap 1-3 kemudian akan diuji melalui tes yang berbentuk uji
kemampuan
secara
berturut-turut mulai dari
membaca dan menulis dengan alokasi
waktu 20 menit. Kelima, tinjauan (review)
merupakan bentuk evaluasi
formatif untuk melihat kembali tingkat kemampuan warga
belajar setelah menggunakan media “lagu aksara” dalam
pembelajaran keaksaraan dengan alokasi
waktu 10 menit.
Tahap
terakhir, evaluasi terdiri atas
evaluasi formatif
dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan di setiap usai pembelajaran keaksaraan menggunakan media “lagu aksara”,
sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan sebagai bentuk
evaluasi
secara keseluruhan.
Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengetahui tingkat ketercapaian pembelajaran keaksaraan menggunakan media “lagu aksara”. Ketercapaian
tersebut
berupa
peningkatan
kemampuan calistung warga belajar.
Lampiran. Lagu Aksara
AKSARA
MARI KITA SEBUT HURUF
A
G,
EM, AM, D MARI KITA SEBUT HURUF B
MARI KITA SEBUT HURUF C
MARI KITA SEBUT HURUF D
MARI
KITA
SEBUT HURUF E MARI
KITA
SEBUT HURUF F MARI
KITA
SEBUT HURUF G MARI
KITA
SEBUT HURUF H
REFF: AYO BELAJAR,
AGAR KITA PINTAR MEMBACA MARI KITA SEBUT HURUF I
MARI KITA SEBUT HURUF J
MARI KITA SEBUT HURUF K MARI KITA SEBUT HURUF L
MARI KITA SEBUT HURUF M
MARI
KITA
SEBUT HURUF N MARI
KITA
SEBUT HURUF O MARI
KITA
SEBUT HURUF P
BACK TO REFF:
MARI
KITA
SEBUT HURUF Q MARI
KITA
SEBUT HURUF R MARI
KITA
SEBUT HURUF S MARI KITA SEBUT HURUF T
MARI
KITA
SEBUT HURUF U MARI
KITA
SEBUT HURUF V MARI
KITA
SEBUT HURUF W MARI
KITA
SEBUT HURUF X
DUA HURUF LAGI
YAKNI HURUF Y,Y, YEYE DAN Z NANANNANNANANANANANANANANANA
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta: Balai
Pustaka.
------. 2003. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Amri,
M.
Ali
Latif, dkk. 2010. Pendidikan
Keaksaraan:
Kawasan pesisir dan
kepulauan. Makassar: Pena Press.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran.
Jakarta:
Raja
Grafindo Persada.
Gustiani.
2006.
“Hakikat
Lagu”.
(http://blog media pembelajaran
guru.blogspot.com/2012/06/penggunaan-media-lagu), diunduh pada tanggal
4
0ktober 2014.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik.
Jakarta:
PT Gramedia
Pustaka
Utama.
Sadiman,
Arief.
Dkk.
2008.Media
Pendidikan:
Pengertian,
Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Wardah.
2005. “Hakikat
Lagu”.
(http://blog media pembelajaran
guru.blogspot.com/2012/06/penggunaan-media-lagu), diunduh
pada tanggal
14
0ktober 2012.
Waridah, Ernawati.
2009:
EYD
&
Seputar
Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan
Pustaka.
No comments:
Post a Comment